10.5 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Gawat! Demo Besar-besar Bakal Pecah di AS, Ini Penyebabnya

Washington, MISTAR.ID
Dalam Twitter @realDonaldTrump, ia membeberkan laporan setebal 36 halaman yang dirilis penasehatnya Peter Navarro. Laporan itu menyebutkan bukti kecurangan Pilpres yang dapat membatalkan kekalahan dirinya.

Hal ini menandakan, jika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sepertinya belum mengakui kemenangan saingannya Joe Biden secara penuh. Bahkan dalam cuitannya, Trump mengaku akan ada protes besar-besaran di Washington D.C 6 Januari 2021.

“Peter Navarro merilis 36 halaman laporan tentang kecurangan pemilu … Laporan yang sangat bagus,” cuitnya dikutip, Senin (21/12/20).

“Secara statistik tidak mungkin kalah di Pilpres 2020. Protes besar akan berlangsung di DC 6 Januari. (Saya) akan di sana, Ini akan sangat gila.” Trump juga menegaskan Biden tidak menang pemilu. Menurut mantan pengusaha itu, Biden kalah di enam negara bagian.

Baca Juga:Donald Trump Marah Besar, Ini Pemicunya

“Mereka kemudian membuang ratusan ribu di setiap suara dan tertangkap. Sekarang politisi Republik (partai pendukung Trump) harus berjuang agar kemenangan besar mereka tidak dicuri. Jangan jadi orang bodoh yang lemah!” tegasnya lagi.

Ia pun menuding kemungkinan China mengacaukan Pilpres. seraya menyantumkan Twitter Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Plt Menteri Pertahanan AS John Ratcliffe. “Sekarang jelas bahwa saya menang besar, membuatnya semakin memalukan bagi AS,” katanya di Twitter beberapa jam setelahnya.

“Kecurangan pemilu terbesar dalam sejarah negeri ini,” tulisnya lagi dengan menggunakan huruf besar. Meski begitu, cuitan Trump ditandai oleh Twitter. Media sosial itu menulis ‘klaim masalah di pemilu’.

Sebelumnya, 14 Desember lalu, Joe Biden sudah diresmikan sebagai Presiden AS terpilih. Lembaga Elektoral (Electoral College) meresmikan kemenangannya atas Donald Trump. Suara penentu datang dari negara bagian California, yang memberikan 55 suara. Ini sah membuat Biden melewati ambang batas 270 suara menjadi 302.

Baca Juga:Putri Donald Trump Tersandung!

Pemungutan suara elektoral biasanya hanya formalitas, yang dilakukan sebulan setelah pemungutan suara. Tapi upaya hukum dan legislatif Trump, yang belum pernah terjadi dalam sejarah AS, untuk membatalkan hasil pemilu telah memberikan signifikansi yang lebih besar pada proses tersebut.

Trump dan tim telah mengajukan lusinan tuntutan hukum sejak 3 November, hari di mana pemungutan suara digelar. Ia meminta pengadilan federal dan negara bagian membatalkan hasil pemilihan berdasarkan tudingan ada kecurangan.

Namun, berulang kali upaya Trump ini gagal. Ini mendorong dirinya untuk mengubah taktik dengan menekan legislator Republik untuk campur tangan dalam pemilihan individu, meski belum membuahkan hasil hingga kini.(cnbc/hm10)

Related Articles

Latest Articles