23.4 C
New York
Monday, April 29, 2024

Buang Limbah Nuklir ke Laut, Korsel Bakal Gugat Jepang ke Mahkamah Internasional

Seoul, MISTAR.ID

Rencana Jepang membuang limbah nuklir ke laut lepas mengundang protes negara tetangga, Korea Selatan. Bahkan, Korsel menyatakan akan menggugat Jepang ke mahkamah internasional ITLOS terkait rencana Tokyo membuang jutaan ton limbah radioaktif dari pembangkit nuklir Fukushima ke laut.

Presiden Korsel, Moon Jae-in meminta jajarannya mempersiapkan cara agar bisa memperdebatkan rencana Jepang tersebut di pengadilan internasional. “Saya tidak bisa tidak mengatakan bahwa ada banyak kekhawatiran di sini tentang keputusan sebagai negara yang secara geologis paling dekat dan berbagi wilayah perairan dengan Jepang,” kata Moon pada Rabu (14/4/21) dikutip dari media.

Pernyataan itu diutarakan Moon saat memanggil Duta Besar Jepang di Seoul, Koichi Aiboshi, ke Istana Kepresidenan Cheongwadae. Dalam pertemuan itu, Moon memprotes keras keputusan Perdana Menteri Yoshihide Suga tersebut. Ia meminta Aiboshi untuk menyampaikan protesnya tersebut kepada Tokyo. Moon bahkan segera mengadakan rapat darurat antar-lembaga pemerintahan untuk menyusun tanggapan terhadap pengumuman Jepang tersebut.

Baca juga: Provokasi AS dan Korsel, Korea Utara Luncurkan Rudal

Pada Selasa (13/4/21), PM Suga mengumumkan akan membuang sekitar 1,25 juta ton air yang tercemar zat radioaktif dari pembangkit nuklir Fukushima ke laut. Suga mengatakan pembuangan air yang tercemar radiasi nuklir ini merupakan “tugas yang tidak bisa dihindarkan” dari proses penonaktifan reaktor nuklir yang rusak akibat bencana gempa bumi dan tsunami pada 2011 lalu.

Ia menuturkan penonaktifan reaktor nuklir Fukushima membutuhkan waktu hingga beberapa dasawarsa. Namun, ia memastikan bahwa pembuangan limbah radioaktif itu aman karena telah melalui berbagai proses yang menghilangkan hampir semua unsur radioaktif yang ada.

Pelepasan limbah nuklir ini kemungkinan baru akan dilakukan setidaknya dua tahun ke depan. Namun, keputusan Jepang tersebut segera memicu tanggapan keras dari komunitas pelestari lingkungan, nelayan, hingga negara tetangga seperti China dan Korsel.

China menganggap keputusan Jepang tersebut mencerminkan sikap yang tidak bertanggung jawab. “Untuk melindungi kepentingan publik internasional serta kesehatan dan keselamatan rakyat China, China menyatakan keprihatinan yang besar kepada pihak Jepang melalui saluran diplomatik,” kata juru bicara Kemenlu China, Zhao Lijian. (cnn/hm09)

Related Articles

Latest Articles