8.2 C
New York
Thursday, March 28, 2024

415 Anak Usia SD hingga SMA di Jepang Bunuh Diri Selama Pandemi

Tokyo, MISTAR.ID

Pandemi Covid-19 benar-benar membawa dampak buruk bagi masyarakat khususnya anak-anak usia pelajar. Di Jepang misalnya, sebanyak 415 anak dari usia Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) tercatat bunuh diri.

Kasus bunuh diri anak di Jepang mencapai rekor tertinggi dalam lebih dari empat dekade selama pandemi. Hal itu sesuai laporan media lokal yang mengutip Kementerian Pendidikan Jepang.

Menurut survei Kementerian Pendidikan Jepang, sebanyak 415 anak bunuh diri. Kasus-kasus bunuh diri anak usia sekolah yang terjadi saat pandemi Covid-19 itu mendorong penutupan sekolah-sekolah dan mengganggu kegiatan belajar di ruang kelas pada 2020.

Baca Juga:Pesawat Misi Antariksa Eropa-Jepang Tiba di Merkurius

Jumlah kasus bunuh diri anak itu naik hampir 100 kasus dibandingkan dengan tahun lalu (2019), yang merupakan angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1974, seperti diberitakan surat kabar Asahi pada Kamis (14/10/21).

Aksi bunuh diri memiliki sejarah panjang di Jepang sebagai suatu cara untuk menghindari rasa malu atau aib. Jepang telah lama menjadi negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara-negara Kelompok Tujuh (G7). Namun, suatu upaya nasional telah menurunkan angka bunuh diri sekitar 40 persen selama 15 tahun, termasuk penurunan kasus selama 10 tahun berturut-turut mulai dari 2009.

Akan tetapi, di tengah pandemi, kasus bunuh diri meningkat pada 2020 setelah satu dekade menurun, dengan jumlah wanita yang melakukan bunuh diri melonjak di tengah tekanan emosional dan finansial yang disebabkan oleh pandemi virus corona. Selama pandemi ini, lebih sedikit pria yang bunuh diri (dibandingkan wanita).

Baca Juga:Mantan Menteri Pemberdayaan Wanita Calonkan Diri Jadi PM Jepang

Kementerian pendidikan Jepang menyebutkan rekor tertinggi lebih dari 196.127 anak sekolah tidak masuk selama 30 hari atau lebih. Hasil survei menunjukkan bahwa perubahan di lingkungan sekolah dan rumah akibat pandemi Covid-19 berdampak besar pada perilaku anak-anak. Hal itu dikatakan seorang pejabat kementerian pendidikan Jepang seperti dikutip media. (antara/hm12)

Related Articles

Latest Articles