9.4 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Pertanian Marpadot Sukses Tanam Cabai di Humbahas, Produksi Capai 52 Ton

Humbahas, MISTAR.ID

Pertanian Marpadot di Desa Parsingguran, Kecamatan Pollung dan Desa Pearung, Kecamatan Paranginan, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) sukses bertanam cabai. Bahkan, produksi binaan anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pantur Banjarnahor itu bisa mencapai 52 ton berasal dari dua lahan pertanian di daerah itu.

Hal itu disampaikan Jenriko Banjarnahor, orang kepercayaan Pantur Banjarnahor kepada sejumlah wartawan, Sabtu (19/3/22). “Pak Pantur berupaya menghidupkan lahan tidak produktif menjadi lahan produktif. Salah satunya yang sudah kita coba tanaman holtikultura, seperti cabai,” ujar Jenriko.

Ia mengisahkan, semula dua lahan pertanian ini adalah lahan tidak produtif menjadi lahan produktif. Sejak pandemi, untuk mendongkrak bangkitnya perekonomian, Pantur membuat gagasan pemikiran dengan mengkonsep dunia usaha pertanian, peternakan, dan perikanan.

Baca Juga:Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Medan PKL di Toba

Dari gagasan itu, Pantur kemudian menamakan Marpadot. Yang artinya, bagian dari orang yang siap keluar dari zona nyaman yang siap dibentuk didik dan ditempah menjadi pelopor kesuksesaan melalui edukasi, pelatihan dan lainnya.

Salah satunya dari gagasannya itu terhadap pertanian adalah tanaman holtikultura jenis cabai. “Yang awalnya, itu terinspirasi dari petani yang membuka lahan pertanian di areal Food Estate,” ujarnya.

Dengan keseriusannya, Pantur berbekal buka lahan 1,5 hektare yang dimilikinya, tepatnya Desa Parsingguran II, Kecamatan Pollung. Hasilnya, telah 23 kali panen dengan perhitungan 1,5 hektare dari 1 batang bisa menghasilkan 1-1,2 kg. Dan, jika menanam dalam 1,5 hektare sekitar 42 ribu batang. Jika dikalikan maka hasil panen cabai 42.021 kg.

Dari bermodal itu, ia kemudian memperluas lahan seluas 1 hektare di Desa Pearung, Kecamatan Paranginan. Hasilnya 14 kali panen. Dengan jumlah total batang 39 ribu batang dengan produksi 10.786 kg. “Rata-rata harga keseluruhan Rp22.000 per kg,” katanya.

Menurutnya, harga dan iklim menjadi tantangan bagi Marpadot. Kalau tidak hati-hati, maka hasilnya tidak bagus. Begitu juga ketika curah hujan tinggi, bisa menyebabkan tanaman layu kemudian mati. “Cabai ini kan tidak ada HET (harga eceran tertinggi). Jadi walaupun cabai itu banyak, petani tetap bisa untung,” katanya.

Baca Juga:Produk Pertanian Laku di Pasar Mancanegara, Bupati Deli Serdang Janji Ajak Petani ke Luar Negeri

Jenriko menambahkan, atas keberhasilan ini bertujuan mengajak masyarakat untuk sejahtera, dan bertani modern. Kedua, pengembangan Marpadot adalah pengembangan untuk menangkal pengangguran. “Ketiga, Marpadot bisa menguasai pasar domestik. Paling tidak di Humbahas bisa surplus cabai,” katanya.

Dikisahkannya lagi, kuseksesan pertanian Pantur ini adalah terinspirasi, bertujuan untuk memotivasi bagi petani di Kabupaten Humbang Hasundutan. Dengan gagasan pemikiran dengan mengkonsep dunia usaha pertanian, peternakan, dan perikanan. Ia pun menamakan usaha itu bernama Marpadot.

Yang artinya, bagian dari orang yang siap keluar dari zona nyaman yang siap dibentuk, di didik dan ditempah menjadi pelopor kesuksesaan melalui edukasi, pelatihan dan lainnya.

Dimana dulunya konsep nama ini, dikarenakan dari pertemuan-pertemuannya, mulai keluarga, teman kerja, dan petani serta masyarakat. Pantur kemudian, menambahkan kata Marpadot menjadi Sopo Marpadot. Sopo diartikan sebagai tempat untuk menerima tamu, juga tempat untuk mengadakan pertemuan atau berkumpul di ruang terbuka.

Baca Juga:Terkait 20 IMB di Lahan Pertanian, Ini Penjelasan Ketua Pokja TKPRD Siantar

Sedangkan Marpadot, diartikan sebagai orang yang bekerja dengan giat dan semangat (sogot tu jumpa botari mulak) (ungkapan untuk pekerja keras).

” Dari terjemahan di atas, “Sopo Marpadot” merupakan suatu wadah bagi orang-orang yang bekerja giat dan semangat (marpadot) untuk dapat berdiskusi, bertukar pikiran, berbagi ilmu dan bagi-bagi pengalaman dari capaian usaha yang digelututinya,” katanya

Dari kesuksesan gagasan ini, tambahnya, Sopo Marpadot nantinya akan menjadi motivasi untuk maju melalui usaha kemandirian.

“Di samping itu, Sopo Marpadot adalah bagian dari orang yang siap keluar dari zona nyaman. Artinya siap untuk dididik dan ditempah menjadi pelopor kesuksesan melalui edukasi, pelatihan dan keterampilan dan pendidikan lainnya,” ujarnya.

Disisi lainnya, Marpadot ini juga mengajak masyarakat untuk tetap semangat dalam mengembangkan pertanian. “Menggapai kesuksesan memang butuh perjuangan dan pengorbanan. Sopo Marpadot nantinya akan menjadi solusi bagi kita untuk tidak langsung menyerah,” pesan Pantur timpal Jenriko. (dedy/hm12)

Related Articles

Latest Articles