5.4 C
New York
Friday, March 29, 2024

Hujan dan Panas, Pria Tunanetra Jualan Kerupuk Demi Istri yang Stroke

Medan, MISTAR.ID

Meski fisik tubuhnya tidak sempurna seperti orang umumnya, Ridwan Hutabarat (57), tidak pernah menyerah dalam menjalankan kehidupannya. Ia rela diterpa panas dan hujan saat menjajakan dagangannya kerupuk di pinggir jalan. Itu semua dilakukan pria penyandang tunanetra ini untuk membiayai hidup istrinya yang menderita penyakit stroke dan menyekolahkan anaknya.

Ridwan yang tidak bisa melihat sejak lahir, menjajakan dagangan menggunakan tongkat aluminium. Alat itu memiliki dua fungsi. Sebagai pengganti penglihatan Ridwan dan ‘etalase’ dagangan kerupuknya.

Ketika ditemui di Jalan Karya Kasih Medan, Kamis (22/9/22), Ridwan tampak menunggu pembeli. Ia duduk sambil memegang belasan bungkusan kerupuk dan tongkat aluminium. Tampak payung berada di samping badannya. Benda itu berfungsi untuk melindungi badannya apabila tiba-tiba hujan turun.

Baca Juga:Ketua YKI Taput Satika Simamora, Kunjungi Penderita Cacat Mental dan Fisik di Adian Koting

“Ini baru laku 5 biji (bungkus),” ujarnya sambil tersenyum.

Keuntungan dari dagangan itu terbilang kecil, dari satu bungkus kerupuk yang dijual Rp10 ribu, Ridwan hanya memperoleh keuntungan Rp5 ribu. Sementara, dia harus membayar ongkos becak motor, pulang-pergi sebesar Rp60 ribu. Meskipun begitu, Ridwan tak mengeluh.

“Ini kan baru laku 5 ya, tapi kemarin itu pernah laku 30 (bungkus) kadang 25 (bungkus), kadang 20 (bungkus) yang jelas Allah yang tahu (kebutuhan saya), yang penting upaya saya,” ujar pria yang tinggal di Jalan Sampul Medan.

Ridwan baru berjualan kerupuk selama 3 tahun belakangan. Sebelum berjualan kerupuk, pria yang memiliki dua anak ini berprofesi sebagai pijat tunanetra. Namun, karena pandemi Covid-19, pelanggannya kian sepi sehingga ia beralih berjualan kerupuk di pinggir jalan. Selama tiga tahun itu pula ia selalu diantar jemput oleh penarik betor langganannya ke Jalan Karya Kasih Medan.

Baca Juga:Penyandang Tunanetra Divaksin Covid-19 di Polsek Medan Timur

Kerupuk yang akan dijualnya itu didapat dari seketariat Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Sumut yang tak jauh dari kediamannya.

Suka duka menjual kerupuk menjadi babak baru hidupnya. Walaupun begitu Ridwan menghadapi dengan ketegaran. Berulang kali dia ditipu oleh pembeli. Namun baginya, itu bukan persoalan. Dia menjadikannya sebagai ujian untuk menguatkan iman.

“Saya sering ditipu. Ada pembeli katanya uang Rp50 ribu. Tapi sebenarnya uangnya hanya Rp5 ribu. Tapi biar saja, mungkin dia lebih susah dari saya, nggak usah kita apakan lagi. Minta aja sama Allah gantinya, insyallah Allah dikabulkan, buktinya saya masih bisa bertahan hingga sekarang,” sebutnya sambil tersenyum.

Baca Juga:Ratusan Penyandang Tunanetra Peroleh Zakat dari Baznas Medan 

Ridwan mengatakan biasaya dia bekerja, dari siang hingga pukul 21.00 WIB. Belakangan jam bekerjanya ditambah hingga pukul 22.00 WIB. Ini dilakukan dengan harapan semakin banyak pembeli.

Sebagai kepala keluarga, dia tak pernah menyerah untuk mencari rezeki. Apalagi, saat ini dirinya sangat membutuhkan uang untuk biaya pengobatan istrinya bernama Rukiyah (48) yang mengalami stroke sejak 2 tahun lalu. Selama ini, dengan segala keterbatasan Ridwan merawat Rukiyah dengan sabar.

Mulai dari memberinya makan, hingga membantunya buang air besar dan kecil. Di awal-awal stroke, Ridwan sempat rutin membawa sang istri terapi seminggu sekali, biayanya terapinya Rp100 ribu. Namun karena keterbatasan biaya, kegiatan itu berhenti.

Baca Juga:Edy Rahmayadi Terkesan dengan Anak Kembar Tuna Netra Hafal A-Qur’an

Dia juga sempat mengumpulkan uang untuk membeli alat terapi istrinya seharga Rp2,1 juta. Karena ekonomi mencekik, uang ditabungnya lagi-lagi digunakan untuk kebutuhan hidup.

“Kalau alat terapi bisa dibeli, jadi lebih enak ibu, jadi ada pemanasnya itulah jadi jaringan saraf kalau kena ini, kan agak enak,” ujarnya.

Belum lagi dengan dua anak lelakinya yang harus dipenuhi kebutuhan. Putra sulungnnya baru tamat sekolah dan belum bekerja. Sedangkan putra bungsunya masih duduk di bangku SMA. Tinggalah dia sebagai tulang punggung keluarga. Begitu pun, Ridwan tidak menyalahkan takdir. Baginya selagi bisa menjalankan ibadah dan pandai bersyukur, Allah akan melapangkan hatinya.

“Yang penting saya berjuang, saya pasrahkan kepada Allah. Insya Allah perasaan kita tenang, padahal kita sedang susah,” tutup dia. (saut/hm14)

Related Articles

Latest Articles