12.6 C
New York
Thursday, March 21, 2024

Haqqi Munawar Lubis Sang Barista Jawara Manual Brewing V60

Siantar, MISTAR.ID – Konsistensi rasa dan kompleksitasnya, manis, body taste (tebal tipisnya rasa di mulut), acidity (asam), serta pahit kopi yang diseduh dengan penuh kecintaan menghasilkan rasa khas hingga menghantarkan seorang pemuda kribo ini sejak babak penyisihan hingga akhirnya mengalahkan pesaingnya di final.

Haqqi Munawar Lubis pantas menyabet gelar juara pertama sebagai Barista di ajang Kompetisi Manual Brewing (menyeduh kopi secara manual) Battle Throwdown V60 tingkat Sumatera Utara.

Ekky panggilan akrabnya, tinggal di Jalan Jawa Kelurahan Bantan Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar. Ia cuma lulusan SMK jurusan mesin. Tetapi kemauannya begitu kuat untuk menjadi Barista.

Di sela-sela kompetisi yang diikutinya selama beberapa hari, ia tak letihnya mengasah kemampuan sambil cupping (mencari tahu karakter asli) kopi secara berulang. Persiapan yang matang dengan latihan yang konsisten itu pulalah yang menjadi modal besarnya menuju babak final hingga menjadi juara.

Adapun alat yang dipakainya sejak mulai di awal babak penyisihan kompetisi, kata Ekky, antara lain saringan kopi, dan ayakan yang membuat agar biji kopi yang akan diseduh sama halusnya.

“Karena memang alat-alat itu tidak pengaruh ke rasa. Tapi aku juga tidak keberatan jika tak menggunakannya. Untuk manual brew, yang penting adalah hitung-hitungan yang ada di kepala. Alat-alat itu hanyalah membantu saja agar mempercepat proses dan presisi” ujar Haqqi menjelaskan.

Dalam kompetisi yang berhadap-hadapan langsung (Battle), waktu dibatasi bagi peserta yakni 5 menit untuk prepare (persiapan alat sampai batas menggiling), dan 5 menit untuk menyeduh. Konsistensi rasa yang dihasilkannyalah yang menjadi penilaian utama bagi para juri.

Terjerumus menjadi Barista, mungkin karena ia pernah merasakan Kopi yang baginya terasa aneh, encer dan mirip teh manis. Kesal karena merasa bahwa rasa itu sangat tidak biasa layaknya kopi yang ada di Siantar tempat ia besar membuat Ekky penasaran. “Aneh rasanya. Kental nggak, apalagi hitam pekat seperti yang biasa kujumpai,” ujar Ekky.

“Pas balik ke Siantar, gak ada kutengok yang kek di Medan itu. Rupanya aku dapat kabar, si Black (Barista peringkat 1 nasional Aeropress 2018), kawan kecil di Jalan Jawa, dia udah kerja di Mo (Master of) Coffee (Jalan Toba I Kecamatan Siantar Selatan). Dia nawarin main ke sana, kucoba kopinya. Eh, rupanya mirip kali kek kopi yang di Medan,” sambung barista usia 25 tahun yang sempat buka usaha kopi namun terkendala di modal itu.

“Dari pertemuan itu kucoba usaha Warkop, pakai kopi Robusta, tapi mentok di modal. Walau aku jual kopi robusta, aku tetap belajar sama si Black, nanya-nanya semuanya seputar kopi, mulai dari jenis-jenis kopi, cara menyeduhnya, ketinggian penanamannya, sampai ke rasanya. Terakhir, sekitar 6 bulan yang lalu, Mo Coffee mau buka di Jalan Wahidin ini, aku ditawari kerja disini,” ungkapnya.

“Di sini, aku makin serius, makin cinta dengan kopi, makin banyak belajar, tapi juga semakin merasa bodoh dengan apa yang kupahami mengenai kopi selama ini. Setelah makin banyak belajar sama si Black dan bang Ricky Sigalingging, aku diajak nyoba main di kompetisi. Ya udah, sampai sejauh ini, inilah hasilnya,” tutur Ekky yang baru kali pertama mengikuti kompetisi tapi langsung meraih juara pertama.

Penulis : ferry
Editor : Rika

Related Articles

Latest Articles