6.6 C
New York
Friday, March 29, 2024

Harimau Kembali Mangsa Lembu Milik Warga

Medan, MISTAR.ID – Konflik harimau dengan warga kembali terjadi di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Kali ini, seekor lembu milik Jumingin, warga Dusun Pulo Pisang, Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok dimangsa harimau sumatera.

Peristiwa yang menimpa hewan peliharaan Jumingin ini sudah ketiga kalinya dan terjadi ditempat yang sama.

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah V Bahorok BBTNGL, Palber Turnip, saat dikonfirmasi, Senin (28/10), mengatakan peristiwa pertama pada 2014. Kedua kali pada Agustus 2018 dan tahun ini terjadi diperkirakan pada Sabtu (26/10/19) kemarin.

“Sementara, untuk tahun ini, kejadian penyerangan harimau terhadap hewan ternak warga di sana sudah dua kali terjadi,” ungkap Palber, Senin siang.

Selain itu, kata dia, beberapa bulan lalu, kasus serupa juga menimpa hewan ternak warga lain di wilayah itu. Pihaknya belum mengetahui apakah satwa yang memangsa pada Sabtu kemarin merupakan satwa yang menyerang pada 2014 dan 2018. Hari ini, pihaknya bersama mitra lembaga yang lain akan memasang camera trap di beberapa titik.

Dia menjelaskan, ternak lembu yang dimangsa harimau itu berada di jarak 200 meter dari batas kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Sementara pada 2018, berada pada jarak 500 meter dari batas kawasan.

Menurutnya, tidak mungkin satwa itu diseret hingga 300 meter. Ada kemungkinan, kejadian itu terjadi karena kelalaian dari pemilik ternak yang membiarkan lembunya masuk ke kawasan TNGL. Padahal, warga di sana sudah berulang kali diberi penyuluhan dan pengertian. Bahkan, pihaknya sudah memberi bantuan kandang untuk para peternak.

Saat ditemukan, kata dia, bangkai lembu tersebut tergeletak di rerumputan. Paha sebelah kirinya sudah hilang dan ditemukan di tempat terpisah. Bagian perut lembu masih utuh. Dalam penanganan kasus ini, untuk sementara bangkai lembu itu dibiarkan dengan harapan dihabiskan oleh harimau yang menyerang. Setelah itu, harimau tersebut diusir kembali ke hutan dengan letusan kembang api.

Dia menambahkan, lokasi ditemukannya ternak lembu itu sangat sempurna untuk menggembalakan ternak dengan adanya sungai dan rumput yang melimpah untuk ternak. Oleh sebab itu, saat ini pihaknya bersama petugas polisi dan tentara masih di lokasi untuk menenangkan masyarakat.

Wildlife Trafficking Specialist, Wildlife Conservation Society, Dwi Adhiasto mengatakan, peristiwa harimau menyerang ternak adalah hal normal. Jika harimau menyerang manusia, baru disebut anomali. Harimau, kata dia, sama seperti halnya manusia, ketika ada mangsa yang mudah, dia tidak akan memilih mencari yang sulit.

Sebenarnya, untuk kawasan yang rawan terjadinya serangan harimau terhadap ternak, ada daerah yang bisa dijadikan pembelajaran misalnya di Tapaktuan. “Intinya harimau itu kan menarik mangsa. Tidak bisa mendorong. Makanya kandang itu diberi kawat berduri yang dipaku dari dalam,” katanya.

Namun demikian, hal yang utama adalah mengubah kebiasaan warga untuk mengamankan ternaknya ketika hendak senja. Di Tapaktuan, kata dia, membuat kandang berukuran besar sehingga bisa menampung banyak ternak. “Itu cukup efektif untuk menghindarkannya dari serangan harimau,” katanya.

Hanya saja, masalah lain dikhawatirkan akan timbul, yakni perburuan. erjadinya konflik satwa harimau di suatu daerah dijadikan deteksi bagi pemburu. Petugas dan pihak-pihak yang konsen dalam perlindungan satwa harus bekerja keras untuk mengkondisikan warganya bahwa harimau adalah satwa yang harus dilindungi.

“Masyarakat yang tahu pemburu masuk atau tidak, jadi mereka diminta agar melapor jika ada pemburu masuk ke kawasan,” pungkasnya

penulis : Daniel
Editor : Edrin

Related Articles

Latest Articles