7.8 C
New York
Friday, April 19, 2024

Ketika Tradisi Mendongeng Berpindah ke Ruang Virtual

MISTAR.ID–Setiap tanggal 20 Maret, seluruh warga negara di dunia memperingati yang namanya “Hari Mendongeng”, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia, yang namanya mendongeng atau bercerita, sudah dilakukan turun-temurun. Ketika saat akan menidurkan anak, ketika belajar dan juga dilakukan saat anak-anak butuh perhatian dan perkembangan jiwa, serta menambah cakrawala berfikir.

Artinya, mendongeng merupakan salah satu tradisi yang cukup melekat khususnya di kalangan keluarga Indonesia. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan mendongeng ini salah satunya dapat mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua.

Umumnya, kegiatan mendongeng dilakukan saat menjelang waktu tidur. Pada saat mendongeng, para orang tua akan membacakan sebuah cerita ringan sambil mendekap anak-anak mereka di atas tempat tidur.

Baca Juga: Guru Harus Melek Teknologi di Era Digital

Namun, menurut pendongeng Ayo Dongeng Indonesia, Cahyono Budi Darmawan, dongeng bisa diceritakan kepada anak kapan saja. Hal terpenting yang perlu dipikirkan orang tua hanya kemauan meluangkan waktu untuk mendongeng.

“Dongeng bukan waktu luang. Luangkan lah waktu. Membuat waktu untuk mendongeng,” kata Budi di tengah acara Festival Dongeng Internasional Indonesia (FDII) di Aceh beberapa waktu lalu.

Seiring kemajuan teknologi, ‘ritual’ mendongeng untuk anak kini beralih ke ruang-ruang virtual. Baru-baru ini akun Youtube Google Indonesia merilis 34 cerita rakyat nusantara. Kanal bertajuk Dongeng Yuk! bisa dinikmati di akun tersebut.

Baca Juga: Guru Harus Melek Teknologi di Era Digital

Mulai dari cerita tentang Bawang Merah dan Bawang Putih dari Riau, Malin Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, dan berbagai cerita lain.

Cerita-cerita tersebut dibawakan oleh sejumlah tokoh terkenal seperti Najwa Shihab (Duta Baca Nasional), Chelsea Islan, Novita Angie, Moonella dan Ibu, serta kreator konten YouTube Duo Harbatah, dan masih banyak lagi.

Tak sekadar membacakan cerita, mereka juga mengubah-ubah suara dalam tokoh yang sedang diceritakan. Misalnya, saat Chelsea Islan membawakan sosok Bandung Bondowoso, ia berbicara dengan suara yang berbeda seperti suara laki-laki.

Baca Juga: Belajar Dari Rumah Terlalu Lama Berpotensi Tingkatkan Angka Putus Sekolah, Ini Alasannya

Kemudian, saat Aisyah Hanifah membawakan cerita tentang Batu Menangis, ia juga dapat memanfaatkan boneka untuk dijadikan media bercerita.

Selain dibawakan dengan cara yang unik, YouTube juga membuat ilustrasi yang menarik sehingga bisa membuat anak tetap menyimak.

Kehadiran video dongeng tersebut menambah ragam bentuk bercerita untuk pengantar tidur. Kendati lebih praktis dan sang buah hati bisa menonton langsung, peran orang tua tetap dibutuhkan.

Bimbingan orang tua masih diharapkan untuk menemani anak memperhatikan cerita dan menyampaikan pesan-pesan moral dari dongeng itu.

Menurut pendongeng dari pendongeng Komunitas Ayo Dongeng Indonesia (Ayodi) Cahyono Budi Dharmawan, tidak semua anak bisa menerima cerita kancil mencuri timun atau kucing bersepatu lars.

Ia mengatakan cerita fabel yang melibatkan binatang sebagai tokoh utamanya, lebih cocok untuk anak-anak di bawah usia tujuh tahun. Beda usia anak, beda lagi dongeng yang cocok bagi mereka.

Namun pada prinsipnya, dongeng memang sama. Yang dilontarkan mesti kisah yang bermakna dan bisa diambil hikmahnya. Tapi psikologis anak-anak berbeda-beda tergantung usia.

Namun, kisah yang dituturkan tentu harus mengandung pesan moral yang dapat dijadikan rujukan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Anak pun akan mengaitkannya dengan kehidupan mereka sendiri.

“Sehingga mereka bisa berpikir, ‘Oh tokoh ini berhasil karena setiap hari melakukan ini. Nah yang cocok buat saya yang mana,'” ujar Budi.(CNN/hm02)

 

Related Articles

Latest Articles