6.6 C
New York
Friday, March 29, 2024

Kisahku: Terjebak Menjadi TKW Ilegal

MISTAR.ID – Hidup memang harus dijalani dengan ikhlas. Kepahitan juga harus dinikmati buah dari kesalahan diri sendiri. Tapi hidup tidak boleh larut. Jika kesalahan telah melahirkan penyesalan, harus ada saat kebangkitan untuk tidak tertipu dan tertipu kembali.

Yah, berawal dari sebuah perceraian inilah kisah sedih harus aku lewati. Kisah yang harus aku petik kembali hikmahnya dari pengabaian seorang suami kepada keluarga yang membuat aku harus berani banting stir untuk menjadi apa saja agar bisa menghidup 2 orang anakku.

Suamiku tergila-gila pada seorang perempuan, hingga tega meninggalkan kami sekeluarga. Bahkan tidak sedikitpun ia mengingat kami lagi, termasuk nafkah yang seharusnya masih menjadi tanggung jawab dirinya.

Aku sadar, jika selama ini aku tidak pernah belajar bagaimana susahnya mengarungi bahtera. Kehidupan mewah yang selama ini aku lakoni, membuat aku tidak pernah merasakan susah. Sampai akhirnya, pada kondisi ini aku memasuki hidup yang paling pahit. Semua aset yang aku miliki telah habis untuk biaya hidup kami, hutang pun telah menjeratku, bahkan kami pernah merasakan ancaman tidak bisa makan persis di malam takbiran.

Segala hal telah aku lakoni, aku berjualan makanan mie keliling, menjadi babu cuci pakaian sudah aku lakukan, tukang bersih rumah orang, juga menjadi tenaga kusuk. Apa saja, asal anak-anakku tidak kelaparan.

Sampai suatu ketika, titik jenuh itu membuncah oleh lilitan hutang yang tidak juga terbayar, juga beratnya beban hidup untuk makan. Bahkan, anakku harus berhenti ke sekolah karena tidak mampu membayar sejumlah uang ektrakurikuler dan bahan praktek di sekolah.

Seorang agen tenaga kerja menawarkan aku sebuah pekerjaan di Malaysia. Iming-iming yang ia berikan begitu menjanjikan. Siapa yang tidak tergiur, mendapatkan gaji perbulan Rp3 juta. Membayangkan selama ini untuk mendapatkan Rp300.000 saja aku masih kesulitan. Tentu saja aku tertarik, apa lagi agen tersebut tidak mewajibkan pembayaran pengurusan surat menyurat, termasuk pasport. Perjanjiannya, gaji kami nantinya akan dipotong setiap bulan untuk biaya tersebut.

Tapi ternyata, dalam perjalanan pertama menuju negri jiran itu, sesuatu yang aku bayangkan begitu indah, pada kenyataannya begitu mengerikan. Perjalanan menuju Malaysia dengan menggunakan kapal tongkang itu ternyata dirazia oleh kepolisian Malaysia. Kami yang tidak dilengkapi surat perjalanan akhirnya harus bersembunyi di lantai dasar yang pengap dan menakutkan, rasanya saat itu antara hidup dan mati. Aku takut sekali. Saat itu yang terbayang olehku hanyalah kedua anakku, yang berharap aku besar padaku untuk kehidupan mereka. Do’a panjangku dan mungkin do’a kedua anakku jualah yang membuat aku selamat dari razia polisi Malaysia, hingga ancaman penjara tidak kami dapatkan.

Tetapi ternyata, perjalanan pahit kedua belum berhenti. Menjadi tenaga ilegal di negeri orang membuat kami selalu kucing-kucingan dengan aparat kepolisian. Bahkan, kami tidak bisa leluasa berpergian. Kami, para TKW ilegal tak lebih seperti para tahanan dalam cerita kerja paksa di jaman penjajahan.

Satu tahun telah bekerja, aku berharap bisa pulang ke tanah air. Aku sudah tidak tahan menanggung rindu pada kedua anakku. Terlebih lagi, dia pernah jatuh sakit saat aku di Malaysia. Tetapi majikan tempat kami bekerja tidak memperbolehkan, mengingat musim razia begitu ketatnya saat itu. Rindu ini aku tanggung dalam pilu yang perih hingga dua tahun lamanya.

Akhirnya, aku diperbolehkan untuk pulang. Dengan perasaan yang bahagia, dan membawa uang simpanan, aku pun pulang. Tetapi, naas bagiku saat perjalanan pulang, aku harus berhadapan dengan polisi Malaysia. Aku pun di deportasi selama 1 bulan di Negeri Saban Malaysia.

Ini pelajaran bagiku, dengan iming-iming apa pun, aku tak ingin lagi menjadi TKW ilegal. Itu sangat menakutkan. Semoga ini menjadi pelajaran bagi siapa pun. Dan tetaplah semangat untuk mencari penghidupan. Kini, aku tetap bekerja sebagai TKW di Malaysia. Alhamdulillah, aku bisa membawa anakku turut serta. Bersama anak-anak di sampingku, hidup ini terasa lebih berharga dan mampu menguatkan aku menghadapi persoalan hidup. (rikayoesz)

Related Articles

Latest Articles