8.5 C
New York
Thursday, April 18, 2024

Rumah Bolon Pamatang Purba Simalungun di Tengah Pandemi Covid-19

Oleh:Sara Dewanti Purba

Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan juga memiliki keberagaman budaya, yang masing-masing memilki ciri khas dan keunikan tersendiri.

Keberagamanini juga yang menjadi ciri khas dan keistimewaan negara kita. Tidak hanya budaya kesenian yang unik, namun Indonesia juga memiliki ciri khas kebudayaan yang lain.

Salah satunya adalah rumah adat atau rumah tradisional yang ada di tiap-tiap daerah. Rumah adat ini sangat beragam dan masing-masing mempunyai arti yang berbeda-beda dari segi perspektif sejarah, warisan, serta kemajuan masyarakat dalam peradaban.
Rumah adat atau rumah tradisional merupakan suatu bangunan dengan struktur, cara pembuatan, fungsi, serta ragam hias yang memiliki ciri khas tersendiri, diwariskan secara turun-temurun dan dapat digunakan untuk melakukan kegiatan kehidupan oleh penduduk sekitarnya (Said, 2004:47).

Rumah radisional dibangun dengan cara yang sama oleh beberapa penduduk yang dahulu tanpa atau sedikit sekali mengalami perubahan-perubahan sehingga rumah tradisional terbentuk berdasarkan tradisi yang ada pada masyarakat. Rumah tradisional juga disebut rumah adat atau rumah asli atau rumah rakyat (Said, 2004:48).

Beberapa contoh rumah tradisonal seperti Rumah Krong Bade dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Rumah Gadang dari Provinsi Sumatera Barat, Rumah Bolon dari Provinsi Sumatera Utara dan masih banyak rumah tradisional lainnya. Masing-masing memiliki ciri khas, sejarah, fungsi dan arsitektur yang berbeda-beda.

Batak Simalungun merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Ada beberapa kerajaan yang terdapat di Simalungun sebelumnya yaitu: kerajaan Nagur yang merupakan kerajaan yang termashyur pada masanya.

Setelah kerajaan Nagur, daerah Simalungun terbagi menjadi 4 kerajaan yaitu: Kerajaan Silau, Tanah Jawa, Siantar dan Panei. Kerajaan Silau yang kemudian terbagi menjadi empat kerajaan.

Kerjaan Silau terbagi menjadi Kerajaan Dolok Silau, Raya, Purba dan Silimakuta. Kerajaan tersebut berdiri sendiri, namun saling bermusyawarah untuk mengatur pemerintahan diwilayah Simalungun.

Kerajaan Purba merupakan salah satu kerajaan tertua yang ada di Simalungun dan pernah dipimpin oleh 14 orang Raja. Kerajaan ini juga merupakan satu-satunya kerjaan di Simalungun dengan peninggalan sejarah yang menarik, berupa rumah adat yang menjadi Istana Raja Purba dan saat ini masih dapat dikunjungi.

Rumah adat Simalungun, Rumah Bolon yang berada di Pamatang Purba, merupakan satu-satunya bangunan peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan di Simalungun.

Rumah Bolon dulunya merupakan tempat tinggal Raja Purba yang dikenal dengan Tuan Raendan. Bangunan yang sudah berusia lebih dari 500 tahun ini, dulunya dibangun dengan cara gotong royong dan menggunakan kayu dan tanpa paku.

Namun demikian, bangunan ini masih tetap berdiri kokoh. Tidak hanya sebagai tempat tinggal raja, namun ada 9 bagian bangunan lainnya dengan fungsi yang berbeda-beda.

Lopou merupakan tempat tidur raja, juga tempat untuk menerima tamu-tamu khusus, serta siding terbatas yang hanya dihadiri orang tertentu.

Balei Bolon merupakan bangunan yang digunakan untuk mengadakan musyawarah.

Jabu Jungga adalah kediaman panglima tentara kerajaan, juga merupakan kediaman untuk tamu raja ketika berkunjung dan menginap.

Balei Buttu merupakan tempat pengawal untuk mengawasi para tamu yang datang, kemudian Pattangan merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat bertenun putri-putri raja.

Losung Bolon adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat menumbuk padi,yang kemudian padi tersebut akan disimpan di bangunan yang disebut dengan Tuangan.

Bangunan terakhir adalah Jambur, yang digunakansebagai kandang kuda.

Rumah Bolon hanya menjadi objek wisata yang biasanya dikunjungi wisatawan lokal maupun turis mancanegara sebelum wabah Covid-19 menyerang.

Namun saat ini, Rumah Bolon hanya menjadi destinasi wisata yang dikunjungi wisatawan lokal, terlebih lagi bagi wisatawan yang akan menuju Tanah Karo atau Dairi, menyusul adanya peraturan pemerintah dalam penanggulangan penyebaran virus Covid.

Dengan adanya peraturan ini, tentu saja mempengaruhi tingkat pengunjung yang datang ke Rumah Bolon.Selain itu minimnya promosi yang dilakukan dan lokasi Rumah Bolon yang terletak bukan di jalan utama, membuat tak banyak orang yang mengetahui keberadaannya.

Pengelolaan Rumah Bolon yang belum maksimal juga menjadi salah satu alasan mengapa tidak ramai pengunjung. Padahal Rumah Bolon merupakan satu-satunya rumah peninggalan kerajaan yang ada di Simalungun dan mempunya nilai sejarah yang sangat tinggi.
Rumah Bolon seharusnya dapat menjadi destinasi wisata yang utama karena memiliki potensi untuk menarik pengunjung, tentunya dengan sistem pengelolaan yang baik.

penulis selaku mahasiswi Tata Kelola Seni Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan sebagai seseorang yang berasal dari Simalungun, peduli dengan salah satu peninggalan Kerajaan Purba ini.

penulis juga berharap agar pengelolaan dan fungsi Rumah Bolon dapat ditingkatkan lebih baik lagi, agar generasi berikutnya dapat tetap melihat dan berkunjung ke Rumah Bolon.

Penulis memiliki beberapa gagasan terkait bagaimana pengelolaan Rumah Bolon agar dapat menjadi ikon Simalungun danmen jadi salah satu objek wisata unggulan bagi para wisatawan yang berkunjung.
Gagasan yang pertama adalah memaksimalkan setiap bangunan yang ada. Maksud penulis dengan memaksimalkan setiap bangunan yang ada, serta menggunakan setiap bangunan sebagai museum yang menyimpan peninggalan-peninggalan sejarah Kerajaan Purba.

Tak hanya itu, bangunan-bangunan di Rumah Bolon juga dapat digunakan menjadi tempat untuk menampilkan pakaian adat tradisional Simalungun beserta alat musik tradisionalnya.

Hal lain yang dapat ditampilkan adalah alat-alat masak ataupun berburu yang dahulu digunakan oleh para leluhur, beserta dengan penjelasannya, sehingga pengunjung yang hadir tidak hanya dapat melihat, namun dapat juga menambah wawasan mengenai kebudayaan Simalungun. Dengan ini, Rumah Bolon dapat dijadikan menjadi destinasi wisata bagi para pelajar.

Hal lain yang ingin penulis tambahkan adalah, bagaimana Rumah Bolon menjadi destinasi wisata bagi orang yang suka mengambil gambar atau photo.

Pengelola Rumah Bolon dapat menyediakan berbagai ukuran pakaian adat Simalungun agar dapat disewakan kepada para pengunjung dan tempat yang cocok untuk para pengunjung mengambil foto.

Dengan ini akan ada pengalaman baru bagi para pengunjung, terkhusus pengunjung yang berasal dari luar wilayah Simalungun, terlebih bagi para pengunjung yang senang mengambil gambar.

Pengunjung yang mencoba pakaian adat Simalungun dan mengambil gambar mempunyai kemungkinan besar untuk mengunggah gambar mereka di akun sosial medianya. Ini adalah salah satu strategi yang sangat baik untuk “mempromosikan secara gratis” keberadaan Rumah Bolon bagi masyarakat luas.

Selain itu, Rumah Bolon juga dapat dijadikan tempat pertunjukan bagi para seniman Simalungun dan dapat dinikmati oleh para pengunjung.

Para seniman dapat melaksanakan kegiatan budaya dengan latar belakang Rumah Bolon. Menampilkan tarian, nyanyian dan olahraga khas Simalungun diiringi dengan musik Simalungun, juga dapat menjadi salah satu penarik minat para wisatawan. Tidak hanya itu, hal ini juga dapat dilakukan secara online yang mana jangkauannya lebih luas lagi.

Selain menampilkan kesenian Simalungun, pengelola juga dapat menambahkan kelas belajar kesenian Simalungun, khusus untuk para pelajar yang berkunjung ataupun pengunjung yang tertarik.
Pengelola juga dapat menambahkan produk lokal seperti makanan danminuman Khas Simalungun ataupun cenderamata yang dibuat oleh masyarakat sekitar.

Dengan begini, ekonomi warga yang berdomisili di sekitar Rumah Bolon juga dapat meningkat. Pengelola dapat menetapkan tarif yang berbeda-beda kepada pengunjung, sesuai dengan fasilitas yang disediakan.

Ada baiknya agar pengelola juga menyediakan paket khusus bagi para pelajar atau rombongan turis untuk menambah minat pengunjung.

(Penulis adalah Mahasiswi Magsiter Tata Kelola Seni Pascasarjana Institut Seni Indonesia, Yogyakarta)

Related Articles

Latest Articles