7.2 C
New York
Friday, April 19, 2024

Kakek Udin, si Penjual Koran yang Terimbas PPKM

Medan, MISTAR.ID

Lelaki tua itu tengah beristirahat seraya menyeka peluh di panasnya udara Kota Medan. Kulit tangannya yang keriput serta legam menggenggam erat stang sepeda yang dia gunakan sehari-hari mencari nafkah. Di keranjang sepedanya, masih terlihat beberapa susunan koran yang belum habis terjual.

Kakek tua bernama udin itu sudah berusia 80 tahun. Ia sudah 20 tahun lebih menggantungkan hidupnya dengan berjualan surat kabar. Setiap hari dia berkeliling untuk menjajakan koran. Dengan menggunakan sepeda, koran-koran yang sudah dia isi dalam keranjang dijajakan kepada masyarakat mulai dari Lapangan Merdeka, Jalan Thamrin hingga ke kawasan Amaliun daerah tempat tinggalnya.

Sayang, saat ini Provinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan masih dilanda Pandemi Covid-19. Bahkan kebijakan pemerintah mengeluarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat atau level 4 membuat Medan bagai kota mati yang tidak berpenghuni. Kondisi ini berdampak pada penjualan korannya karena mobilitas masyarakat yang nyaris tidak ada.

Baca juga: Dampak PPKM Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi di Sumut, Ini Kata Pengamat

Dalam kebijakan PPKM Darurat atau level 4, mobilitas masyarakat dibatasi serta banyak jalan raya ditutup dan pertokoan juga tutup. Situasi ini sangat terpengaruh bagi masyarakat kecil yang berpenghasilan kecil. Khususnya bagi penjual koran keliling di Kota Medan. Kondisi ini tentunya berimbas terhadap omset penjual koranyang dialami Kakek Udin.

Akibat PPKM Darurat atau level 4, penghasilannya merosot hingga 50 persen. “Setiap hari biasanya sampai 90 koran (eksemplar) laku terjual,” kata Kakek Udin saat ditemui di kawasan Lapangan Merdeka Medan, Senin (26/7/21).

Diceritakan Udin, penghasilannya dari menjajakan koran sebelum pandemi Covid-19 bisa dibilang cukup untuk menghidupi keluarga. Akan tetapi, sejak PPKM Darurat diberlakukan, penjualan merosot tajam.

“Sekarang ini, sehari laku 30 koran saja sudah syukur. Kalau untungnya, paling dapat Rp30 ribu dan itu paling banyak,” ungkap warga Jalan Amaliun Gang Tukang ini.

Udin mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi saat ini, namun tetap berusaha. Sebab, tak memiliki strategi khusus untuk meningkatkan omzet penjualan saat menghadapi PPKM Darurat. “Saya tetap memakai masker setiap berjualan koran,” ucapnya.

Karena itu, dia berharap kepada pemerintah dalam hal ini Pemko Medan dapat memperhatikan nasibnya dan masyarakat kecil lainnya akibat imbas PPKM Darurat. Disampaikan Udin, pemerintah harus melihat permasalahan yang dialami masyarakat saat ini benar-benar dari akar masalah. Bukan hanya sekedar saja, tapi tidak menyelesaikan persoalan.

Baca juga: Subsidi Gaji Hanya Diberikan bagi Pekerja Terdampak PPKM Level 4

“Pemimpin itu harus ‘turba’ (turun ke bawah), jangan duduk saja di ‘kursi goyang’. Perhatikan rakyat yang ada di bawah ini, banyak yang sudah dan perlu dibantu. Apalagi, kondisi seperti sekarang ini, pasti banyak bertambah susah,” tuturnya.

Diakui Kakek Udin, dia memang sudah mendapat bantuan tetapi ala kadarnya dari pemerintah selama pandemi Covid-19. Bahkan, bantuan baru diterimanya setelah hampir seminggu PPKM Darurat di Kota Medan berlangsung. Bantuan yang diberikan berupa sembako kebutuhan rumah tangga.

“Masalah itu harus dilihat sampai ke bawah, ke akarnya. Tapi ya begitu, harusnya jangan ‘diketok’ dulu baru jalan. Ada bantuan ala kadar dari pemerintah, saya terima. Mumpung mereka masih ingat, makanya harus diterima. Kalau nanti sudah tak ingat, kan gak ada (bantuan),” tutup dia. (Saut/hm06)

 

Related Articles

Latest Articles