13.7 C
New York
Saturday, May 11, 2024

Yield Treasury Turun Lagi, Saatnya Rupiah Gebuk Dolar AS!

Jakarta, MISTAR.ID

Nilai tukar rupiah melemah 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.395/US$ pada perdagangan Senin kemarin. Dolar AS masih perkasa hingga akibat yield obligasi (Treasury) yang masih tinggi.

Pada pekan lalu, yield Treasury tenor 10 tahun naik 8,1 basis poin ke 1,635%, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2020 lalu, sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0.25%.

Melesatnya yield Treasury ke level pra pandemi tersebut terjadi akibat ekspektasi pemulihan ekonomi AS serta kenaikan inflasi. Alhasil, para pelaku pasar melepas kepemilikan Treasury yang membuat yield-nya menjadi naik.

Baca Juga: Kurs dollar-Rupiah Di BCA Hari Ini Selasa 16 Februari 2021

Selain itu, ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari prediksi serta kenaikan inflasi membuat pelaku pasar melihat ada peluang The Fed akan mengurangi program pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan istilah tapering, yang bisa memicu taper tantrum.

Taper tantrum pernah terjadi pada 2013 hingga 2015, saat itu kurs rupiah melemah hingga lebih dari 50%.

Saking kuatnya dolar AS, rilis data dari dalam negeri yang menunjukkan kenaikan impor belum mampu membuat rupiah bangkit.

Badan Pusat Statistik melaporkan data ekspor-impor Indonesia bulan Februari hari ini.

Pada periode tersebut, total ekspor tercatat US$ 15,27 miliar atau mengalami kenaikan 8,56% dibandingkan pada Februari 2020 (year-on-year/YoY) yang mencapai US$ 14,06 miliar.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Dunia Melemah, Meski Prospek Ekonomi Membaik

Sementara impor Indonesia pada Februari 2021 tercatat sebesar US$ 13,26 miliar, naik 14,86% dibanding Februari 2020.

Kenaikan impor tersebut menjadi yang pertama setelah berkontraksi selama 19 bulan beruntun. Kenaikan impor tersebut menjadi kabar baik, sebab menjadi pertanda perekonomian dalam negeri mulai menggeliat.

Kabar baiknya, yield Treasury AS kini sudah menurun sejak awal pekan kemarin. Pada perdagangan Senin, yield tersebut turun turun 2,8 basis poin, dan pagi ini turun lagi 1,37 basis poin.

Penurunan tersebut bisa menjadi modal bagi rupiah untuk bangkit pada perdagangan hari ini, Selasa (16/3/21).

Baca Juga: Harga Emas Menguat karena Imbal Hasil Obligasi, Fokus Beralih ke Pertemuan Fed

Secara teknikal, rupiah kini berada di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 200, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Meski demikian, Selasa (9/3/21) rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Potensi penguatan rupiah diperbesar oleh indikator stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Baca Juga: Harga Emas Diprediksi Menguat Minggu Ini

Stochastic yang sudah berada di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama membuka ruang bangkitnya rupiah.

Resisten masih berada di kisaran kini berada di kisaran Rp 14.400 – 14.425/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke support yang berada di kisaran Rp 14.330 – 14.280/US$ (kisaran MA 200).

Sementara jika resisten ditembus, maka rupiah berisiko jeblok menuju Rp 14.500/US$.(cnbc/hm13)

Related Articles

Latest Articles