19 C
New York
Sunday, May 19, 2024

Rupiah Menguat ke Rp14.700 per US$

Jakarta, MISTAR
Isu dari dalam negeri mengenai rencana perubahan undang-undang Bank Indonesia serta kebijakan “burden sharing” membuat rupiah tertekan. Hal ini terbukti dimana nNilai tukar rupiah melemah melemah 0,86% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp14.740/US$ pada pekan lalu, dan berada di dekat level terendah 3 bulan.

Akan tetapi di awal pekan ini, Senin (7/9/20), rupiah menguat dimana US$ 1 dibanderol Rp14.700/US$ di pasar spot. Rupiah menguat 0,27% dibandingkan dengan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Ketua The Fed, Jerome Powell kembali menegaskan kebijakan ultra longgar akan ditahan dalam waktu yang cukup lama meski beberapa indikator ekonomi AS menunjukkan perbaikan.

“Kami berpandangan bahwa situasi akan lebih sulit, terutama ada beberapa area di perekonomian yang masih sangat terdampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) seperti pariwisata dan hiburan.

Ekonomi masih membutuhkan suku bunga rendah, yang mendukung perbaikan aktivitas ekonomi, sampai beberapa waktu. Mungkin dalam hitungan tahun. Selama apa pun itu, kami akan tetap ada,” papar Powell dalam wawancara dengan National Public Radio, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Baca Juga:Akhir Pekan, Rupiah Diprediksi Menguat

Powell menambahkan, The Fed tidak akan menarik kebijakan ultra longgar. Tidak cuma suku bunga, juga berbagai fasilitas pemberian likuiditas ke pasar keuangan maupun sektor riil.

“Kami tidak akan menarik dukungan terhadap perekonomian secara prematur. Kami akan terus melakukan apa pun yang kami bisa,” lanjutnya.

Sementara itu dari dalam negeri, data cadangan devisa akan menjadi perhatian. Bank Indonesia (BI) pada awal Agustus lalu melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2020 sebesar US$ 135,1 miliar. Melonjak tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 131,7 miliar. Rekor tertinggi cadangan devisa sebelumnya adalah US$ 132 miliar yang terjadi pada Januari 2018.

Dengan cadev yang meningkat ke rekor tertinggi, BI memiliki lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah. Sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi investor asing untuk berinvestasi di dalam negeri. Jika cadev Indonesia kembali mencetak rekor tertinggi tentunya akan menjadi sentimen positif di pasar finansial.

Secara teknikal, rupiah disimbolkan USD/IDR masih tertahan di atas US$ 14.730/US$ yang sebelumnya merupakan resisten kuat. Sehingga tekanan bagi rupiah semakin besar.

Baca Juga:Nilai Tukar Rupiah Pada Dollar AS Kembali Menguat

Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp16.620/US$).

Sementara itu indikator stochastic kini bergerak naik tetapi masih cukup jauh dari wilayah jenuh beli (overbought). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Level Rp14.730/US$ kini menjadi support terdekat, jika sukses ditembus Mata Uang Garuda berpotensi menguat ke Rp14.660/US$, dan target selanjutnya ke Rp14.600/US$.

Sementara, jika tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.835/US$, hingga Rp 14.835/US$. Bahkan, ada risiko rupiah akan merosot ke Rp 15.090 sampai 15.100/US$ yang merupakan Fib. Retracement 50%.(cnbc/hm10)

Related Articles

Latest Articles