12.3 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Mengenal Bernard Arnault, Sosok Terkaya Kalahkan Jeff Bezos

Jakarta, MISTAR.ID
Bernard Arnault, orang kaya asal Prancis dan bos Louis Vuitton (LVMH), kekayaannya menyentuh US$199,3 miliar atau setara Rp2.889 triliun. Kekayaan Arnault melompat karena sahamnya moncer lebih dari 35 persen sejak awal tahun ini. Kini ia sukses menyalip CEO Amazon Jeff Bezos dan pendiri Tesla Elon Musk itu.

Di bawah Arnault ada Bezos yang mencatatkan kekayaan bersih saat ini US$190,6 miliar dan Musk senilai US$184 miliar. Keduanya, menurut real time net worth Forbes, pada Kamis (8/12/21), cukup lama bertengger di atas Arnault.

Pada Juli lalu, kekayaan Arnault juga sempat menandingi Bezos dan Musk. Namun, takhta orang terkaya nomor wahid itu hanya seumur jagung. Bahkan, pada Mei dan Juni, tiga taipan tersebut kebut-kebutan merebut posisi orang terkaya.

Arnault menjadi lebih kaya US$100 miliar hanya dalam setahun di tengah pandemi covid-19. Kekayaan itu berasal dari 47 persen saham LVMH yang dikempitnya, termasuk merek-merek barang mewah, seperti Louis Vuitton, Moet & Chandon, Christian Dior, Sephora, dan Tiffany & Co.

Baca juga: Kontrak Misi ke Bulan, Miliarder Jeff Bezos siap Bayar Nasa

Diketahui, LVMH memiliki puluhan merek barang mewah, mulai dari pakaian, sepatu, tas, hingga kosmetik. LVMH menjadi raksasa ritel mewah terbesar di dunia di bawah tangan Arnault.

Lalu, siapakah Arnault? Bagaimana sepak terjangnya?

Pemilik nama lengkap Bernard Jean-tienne Arnault lahir pada 5 Maret 1949 di Roubaix, Prancis. Ia lahir dari pasangan Marie-Josephe Savinel dan Jean Leon Arnault, seorang teknik sipil.

Arnault kecil bekerja di perusahaan sang ayah, dan sukses membujuk sang ayah untuk fokus pada bisnis real estate Ferret-Savinel.

Tiga tahun kemudian, Arnault menjual divisi konstruksi industri senilai US$15 juta dan mulai mengakuisisi perusahaan tekstil.

Dari sana, ia mengepakkan sayap bisnisnya dan mengambil alih Financiere Agache, serta memenangkan lelang Boussac Saint-Freres, tekstil dan ritel yang membawahi Christian Dior.

Hal pertama yang dilakukan Arnault detelah ia membeli Boussac adalah memutus hubungan kerja (PHK) dengan 9.000 orang pekerja. Tidak heran, ia mendapat julukan ‘The Terminator’ alias pemusnah.

Tidak sampai di situ, ia juga menjual nyaris seluruh aset perusahaan. Ia hanya mempertahankan merek Christian Dior dan Department Store Le Bon Marche.

Pada Juli 1988, Arnault mengongkosi US$1,5 miliar untuk membentuk perusahaan induk dengan Guinness yang memegang 24 persen saham LVMH. Lalu, ia terus menambah kepemilikan sahamnya hingga menjadi pemegang saham mayoritas.

Dia juga berhasil merebut kursi kepemimpinan LVMH. LVMH ia kembangkan menjadi salah satu grup barang mewah terbesar di dunia bersama Swiss Richemont dan Kering.

Dalam 11 tahun, penjualan dan laba yang dihasilkan Arnault meningkat 5 kali lipat dan nilai pasar LVMH meroket hingga 15 kali lipat.

Tidak puas di situ, Arnault kembali melebarkan sayap bisnisnya dengan mengakuisisi Celine. Lalu, Berluti dan Kenzo pada 1993.
Pada tahun yang sama, ia membeli surat kabar ekonomi Prancis La Tribune. Namun, ia menjual La Tribune pada 2007, yang digantikan dengan surat kabar lainnya, yaitu Les Chos.

Baca juga: Orang Terkaya Dunia dari Zimbabwe, Ini Kisah Hidupnya

Lewat LVMH, Arnault mengakuisisi produsen parfum Guerlain. Kemudian, Loewe, Marc Jacobs dan Sephora. Belum termasuk lima merek yang ia integrasikan dalam grupnya, yakni Thomas Pink, Emilio Pucci, Fendi, DKNY, termasuk La Samaritaine.

Ia juga diketahui diam-diam mengempit 5 persen saham Gucci. Ketika kabar itu tersebar, ia sudah menguasai saham perusahaan Italia tersebut sebanyak 34,4 persen.

Akuisisi tersebut menyisakan masalah. Gucci yang dipegang oleh Tom Ford dan Domenico De Sole tak terima dengan ‘akuisisi diam-diam’ Arnault. Mereka pun mengajukan tuntutan agar LVMH menjual kembali kepemilikannya di Gucci.

Arnault angkat kaki dari Gucci dengan membawa keuntungan US$700 juta dari hasil penjualan saham tersebut.

Arnault memang bermimpi menjadikan LVMH sebagai gurita bisnis barang mewah. Karenanya, kegagalan mengakuisisi Gucci, tidak menyurutkan semangatnya untuk mengakuisisi merek barang mewah lainnya. (cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles