7.8 C
New York
Friday, April 19, 2024

Hari Ini, Rupiah Perkasa Terhadap Dolar AS

Jakarta, MISTAR.ID

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Hari ini, Rabu (16/12/20), US$ 1 setara dengan Rp 14.080 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Hawa penguatan rupiah sudah terasa sebelum pasar spot dibuka. Sebab, mata uang Tanah Air sudah lebih dulu menguat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF). Apresiasi rupiah tidak lepas dari meningkatnya risk appetite pelaku pasar. Sikap risk-off (mengabaikan risiko) ini sudah terlihat di bursa saham New York.

Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat tajam 1,13%. Sementara S&P 500 melesat 1,29% dan Nasdaq Composite melonjak 1,25%.

Investor berbunga-bunga karen sepertinya paket stimulus fiskal baru di AS bisa segera digelontorkan. Para pejabat teras di Washington sudah mengadakan pertemuan untuk membahas stimulus tersebut.

Baca juga: Disnaker Sumut Gelar Pelatihan Kewirausahaan Produktif Stimulus Ekonomi di Toba

Ketua House of Representatives Nancy Pelosi, Pimpinan Mayoritas Senat Mitch McConnell, Pimpinan Partai Demokrat Senat Chuck Schumer, dan Pimpinan Partai Demokrat House of Representatives Kevin McCarthy berkumpul di Capitol Hill, markas kongres. Menteri Keuangan Steven Mnuchin pun ikut serta dalam pertemuan itu melalui sambungan telepon.

“Sekarang kami mulai bekerja. Saya rasa ini adalah sebuah kemajuan,” kata McCarthy kepadapara jurnalis usai pertemuan, seperti dikutip dari Reuters.

“Saya bisa bilang ini adalah pertemuan yang bagus. Itu saja,” tambah Schumer.

Pertemuan dimulai pada pukul 16:00 waktu setempat dan berakhir kurang dari satu jam kemudian. Para peserta sepakat untuk kembali bertemu pada Rabu pukul 07:30 atau malam ini waktu Indonesia.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Pada Dolar AS Melemah

“Kami akan segera membuat kesepakatan jika memang sudah sepakat. Namun kami sudah satu suara bahwa pengesahan anggaran negara tidak akan terlepas dari stimulus fiskal,” kata McConnell, sebagaimana diwartakan Reuters.

Kelesuan daya beli masyarakat AS memang sudah terlihat. Pada Oktober 2020, penjualan ritel hanya tumbuh 0,3% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/Mtm). Melambat dibandingkan September 2020 yang tumbuh 1,6% sekaligus jadi yang terlemah sejak April 2020.

Konsumen di AS juga semakin kurang percaya diri memandang perekonomian. Ini terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang terus menurun. Pada November 2020, IKK AS berada di 96,1, terendah dalam tiga bulan terakhir.

Kehadiran stimulus fiskal diharapkan mampu mendongrak daya beli dan konsumsi warga AS. Jika konsumsi AS meningkat, maka dampaknya akan dirasakan oleh seluruh negara karena Negeri Adikuasa adalah konsumen terbesar di dunia.

Baca juga: Dolar AS Amblas, Rupiah Mudah-mudahan ke Zona Hijau

Oleh karena itu, wajar harapan akan kehadiran stimulus fiskal di AS disambut gembira oleh investor di seluruh dunia. Sebab kalau AS bangkit, maka dunia akan ikut terungkit. Ada asa ekonomi dunia bakal segera keluar dari ‘jurang’ resesi.

Optimisme ini diterjemahkan dengan keberanian investor untuk bermain agresif, tidak ada istilah bermain aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang kembali jadi buruan, termasuk di Indonesia. Tidak heran rupiah pun mampu menguat.(cnbc/hm07)

 

Related Articles

Latest Articles