9.1 C
New York
Friday, March 29, 2024

Harga Minyak dan Batu Bara Anjlok, Emas Kian Gemilang

Jakarta, MISTAR.ID

Pergerakan harga komoditas dunia kembali menjadi perhatian investor. Mulai dari minyak, batu bara hingga emas. Situasi global yang cepat berubah membuat fluktuasi harga-harga komoditas tersebut relatif tinggi.

Hari ini, Jumat (5/8/22) harga minyak jenis brent berada di US$ 93,54/barel. Ambruk 3,49% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Harga si emas hitam terus terjun bebas. Dalam sepekan terakhir, harga brent dan light sweet terkoreksi masing-masing 8,12% dan 9,05%. Selama sebulan ke belakang, harga ambrol 5,49% dan 9,15%.

Baca Juga:Harga Emas Menguat 0,82 Persen

Sejak serangan Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari lalu, harga minyak melonjak tajam. Namun koreksi akhir-akhir ini membawa harga minyak ke titik terendah sejak perang Rusia-Ukraina meletus.

Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi, bahkan resesi, menjadi momok bagi harga minyak. Ketakutan itu nyata adanya, karena didukung dengan data.

Misalnya di Amerika Serikat (AS). Stok bensin di Negeri Paman Sam pada pekan lalu naik 200.000 barel menjadi 225,3 juta barel. Padahal konsensus pasar yang dihimpun memprediksi adanya penurunan 1,6 juta barel.

Kenaikan stok terjadi karena penurunan permintaan. Benar saja, permintaan bensin turun sekitar 700.000 barel per hari menjadi 8,5 juta barel per hari.

Ini menandakan aktivitas ekonomi di Negeri Adidaya mulai melambat. Kalau ini terus berlangsung, maka AS akan sulit keluar dari jerat resesi.

Tidak heran harga minyak terus jatuh. Maklum, AS adalah konsumen minyak terbesar dunia. Kalau permintaan dari konsumen terbesar turun, harga pasti ikut turun.

Baca Juga:Harga Emas Pekan Ini Naik Terangkat Pelemahan Ekuitas AS

Batu Bara
Harga batu bara makin ambles. Pada perdagangan Kamis (4/8/22), harga batu kontrak September di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 365 per ton. Harga batu bara jatuh 3,58% dibandingkan hari sebelumnya.

Harga tersebut adalah yang terendah sejak 18 Juli lalu atau dalam 17 hari terakhir. Pelemahan kemarin juga memperpanjang tren negatif batu bara dalam sepekan terakhir. Sejak Rabu pekan lalu, harga batu bara selalu melemah. Pengecualian terjadi pada Selasa pekan ini di mana harga batu bara sempat menguat 0,6%.

Secara keseluruhan, harga batu bara sudah amblas 12,8% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara juga menyusut 6,8% sementara dalam setahun masih melesat 145,6%.

Pelemahan harga batu bara disebabkan oleh melandainya permintaan, terutama dari China. Harga pasir hitam juga jatuh karena optimisme membaiknya pasokan.

“Melemahnya harga batu bara bukan disebabkan oleh satu faktor saja. Permintaan dari Korea Selatan memang meningkat tetapi permintaan dari China masih tipis. Ini membuat harga batu bara tertahan,” tutur seorang trader dari Singapura, seperti dilansir media, Jumat (5/8/22).

Baca Juga:Harga Emas di Pegadaian dari 0,5 Gram hingga 1 Kg

Dia menambahkan pasokan di sejumlah negara membaik karena meningkatnya produksi. Produksi batu bara India mencapai 265,65 juta ton pada April-Juli atau melonjak 26,44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. India meningkatkan produksi untuk mengantisipasi kenaikan permintaan listrik serta lonjakan harga ke depan.

Membaiknya pasokan juga didorong oleh semakin lancarnya ekspor dari Australia setelah sempat terganggu oleh banjir pada bulan lalu. Pengiriman batu bara dari Australia dari terminal Carrington dan Kooragang di Pelabuhan Newcastle sempat anjlok 50% karena banjir.

Sementara itu, pasokan batu bara di pelabuhan utama Eropa, ARA (Amsterdam, Rotterdam, Antwerp) juga meningkat menjadi 6,85 juta, naik dibandingkan 4,27 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

“Permukaan sungai Rhine juga sangat rendah dan ini membatasi lalu lintas pengiriman batu bara sehingga kapasitas di pelabuhan hampir penuh,” tutur salah seorang trader asal Swiss.

Baca Juga:Harga Emas Berpeluang Turun,  Tidak Banyak Berpengaruh pada Investor

Sungai Rhine di Jerman merupakan urat nadi jalur pengiriman batu bara dari pelabuhan utama Eropa ke negara tersebut. Permukaan sungai air Rhine kini hanya berada di kisaran 55 cm. Sementara lalu lintas pengiriman membutuhkan tingkat permukaan air di 1,5 meter.

Sementara itu, sinar emas makin terang benderang. Pada perdagangan Jumat (5/8/22), harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.792,09 per troy ons. Harga emas menguat 0,06% sekaligus jadi yang tertinggi sejak 4 Juli.

Dalam sepekan, harga emas menguat 1,52% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas juga naik 1,57% tetapi dalam setahun masih turun 0,66%.

David Meger, dari High Ridge Futures, mengatakan harga emas terus melambung karena krisis di wilayah Taiwan. Pelemahan yield surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) dan dolar AS juga semakin mendorong penguatan emas.

Seperti diketahui, China meluncurkan latihan perang besar-besaran di Selat Taiwan, Kamis (4/8/22). Latihan ini melibatkan kapal perang, jet tempur, dan rudal-rudal China.

Beijing meluncurkan latihan militer skala besar itu setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi menginjakkan kaki di pulau yang memiliki pemerintahan sendiri dalam 25 tahun tersebut. Ini menimbulkan amarah China karena seolah mendukung kemerdekaan Taiwan.

“Kita lihat ketegangan AS dan China menambah daya dorong bagi pergerakan emas. Emas terus menguat,” tutur Meger.

Baca Juga:Harga Emas Terseret Akibat Penguatan Dolar

Yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun melandai ke 2,69% atau terendah dalam tiga hari terakhir. Sementara itu, Dollar Index berada di 105,69 atau terendah dalam tiga hari terakhir.

Pelemahan dollar AS sangat menguntungkan emas karena emas menjadi lebih murah sehingga daya tariknya meningkat.

“Yield terus melandai dan dolar AS juga melemah dalam beberapa hari terakhir. Ini menjadi kunci penting dalam penguatan emas,” imbuhnya.

Analsi OANDA Craig Erlam mengatakan pergerakan emas hari ini akan bertumpu pada data tenaga kerja AS. Jika data membaik dan pengangguran berkurang jauh dibandingkan ekspektasi maka ini bisa menjadi dasar bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk kembali agresif. (cnbc/hm12)

Related Articles

Latest Articles