7.6 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Harga Minyak Capai Titik Tertinggi dalam Dua Tahun

Jakarta, MISTAR.ID

Data Bloomberg, sepanjang tahun berjalan 2021 harga minyak jenis WTI untuk kontrak Maret 2021 di bursa Nymex telah menguat 22,29 persen dan parkir di level US$59,47 per barel pada penutupan perdagangan Jumat (12/2/21).

Adapun, level tersebut merupakan titik tertinggi minyak dalam lebih dari dua tahun perdagangan terakhir. Harga saat ini jauh lebih baik, dibandingkan dengan awal 2020 harga minyak sempat diperdagangkan di teritori negatif, atau di bawah US$0 per barel akibat sentimen pandemi Covid-19.

Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak April 2021 di bursa ICE menguat 20,47 persen secara year to date dan parkir di level US$62,43 per barel pada penutupan perdagangan Jumat (12/2/21).

Baca Juga: Stok Minyak AS Turun, Harga Minyak Melonjak di Atas 2 Persen

Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk. Hilmi Panigoro mengatakan bahwa tren kenaikan harga minyak menjadi peluang bagi perseroan untuk memperbaiki kinerja keuangan pada tahun ini.

Sebagai gambaran, emiten berkode saham MEDC itu membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$130,11 juta hingga kuartal III/2020, berbanding terbalik dengan pencapaian sembilan bulan pertama 2019 yang mencatatkan laba sebesar US$19,27 juta.

“Kami sangat mensyukuri harga minyak kembali ke level US$60 per barel, dengan demikian keuntungan dan kondisi keuangan perusahaan akan jauh lebih baik,” ujar Hilmi kepada Bisnis, Kamis (11/2/21).

Baca Juga: Minyak Naik, Terangkat Data Ekonomi Positif

Namun, Hilmi mengungkapkan perseroan masih akan tetap dalam mode defensif, salah satunya dengan mempertahankan biaya produksi di bawah US$10 per boe.

MEDC juga akan tetap mengendalikan capital expenditure (capex) dan operating expenditure (opex) tahun ini, karena keberlanjutan permintaan minyak dan gas (migas) dinilai masih akan sangat bergantung terhadap pengendalian pandemi Covid-19.

“Kami semua berharap program vaksinasi global yang sedang berjalan sekarang ini sukses sehingga ekonomi dunia bisa kembali tumbuh ke tingkat seperti sebelum pandemi, pada saat itulah kami akan lebih nyaman melakukan investasi-investasi baru,” papar Hilmi.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2020 Kontraksi 1,07 Persen

Secara terpisah, emiten jasa kontraktor migas, PT Elnusa Tbk (ELSA) juga melihat potensi pemulihan kinerja tahun ini dan memproyeksi pendapatan 2021 lebih dari Rp7 triliun, sedangkan laba bersih dapat mencapai di atas Rp200 miliar.

Head of Corporate Communication Elnusa Wahyu Irfan mengatakan bahwa perbaikan harga minyak dunia umumnya akan mendorong aktivitas eksplorasi migas nasional.

“Bila aktivitas eksplorasi meningkat, tentunya permintaan jasanya juga akan meningkat. Hal ini tentu positif untuk ELSA,” ujar Wahyu kepada Bisnis, Kamis (11/2/21).

ELSA menyiapkan sejumlah strategi untuk memacu kinerja tahun ini, terutama untuk mendukung target produksi 1 juta barel oleh SKK Migas.

Strategi tersebut antara lain, menjaga produksi yang ada dengan mengembangkan Hydraulic Workover & Drilling Unit (HWD-Unit) sehingga biaya pengeboran untuk sumur baru lebih kompetitif.

Selain itu, strategi ELSA lainnya adalah dengan mempercepat periode resources to production, menerapkan Enhanced Oil Recovery (EOR) dan giant discoveries.

Adapun, ELSA mengalokasikan capex 2021 sekitar Rp600 miliar yang akan berasal dari kantong internal dan eksternal.

Capex itu akan dialokasikan ke semua lini bisnis secara proporsional, di antaranya untuk investasi peralatan HWD Unit, Coiled Tubing Unit, hingga penambahan armada mobil tangki maupun infrastruktur Terminal BBM dan LPG.

Namun, Wahyu menjelaskan bahwa realisasi capex tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan berjalan, bisa bertambah atau berkurang.(bisnis.com/hm02)

 

 

 

Related Articles

Latest Articles