15.2 C
New York
Saturday, May 18, 2024

Harga Emas Sumbang Inflasi di Medan

Medan, MISTAR.ID

Tingginya harga emas di bulan Agustus 2020 menjadi penyumbang utama sebabkan inflasi di Kota Medan. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) Kota Medan mengalami inflasi sebesar 0,04 persen.

Selain Kota Medan ada kota Indeka Harga Konsumen (IHK) di Sumut lainnya yang alami inflasi yakni Pematangsiantar sebesar 0,20 persen, Padangsidimpuan sebesar 0,07 persen, dan Gunung Sitoli sebesar 0,61 persen.

Sementara itu, Sibolga deflasi sebesar 0,01 persen. Dengan demikian, gabungan 5 kota IHK di Sumatera Utara pada Agustus 2020 inflasi 0,06 persen. “Adapun komoditas utama penyumbang inflasi selama Agustus 2020 di Medan,

antara lain emas perhiasan, cabai merah, minyak goreng, ikan dencis, kelapa, sawi hijau, dan cabai rawit,” kata Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi melalui paparan online, Selasa (1/9/2020).

Baca juga: Ini 42 Negara yang Ekonominya Hancur Akibat Covid-19

Selain itu, inflasi di Medan tercatat 0,04 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,72 pada Juli 2020 menjadi 102,76 pada Agustus 2020.

Inflasi juga terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan, yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,27 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,05 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,08 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,16 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,18 persen.

“Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yaitu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,23 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,02 persen, kelompok, kesehatan sebesar 0,02 persen, kelompok transportasi sebesar 0,38 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen,” ungkapnya.

Dari 24 kota IHK di Pulau Sumatera, 16 kota tercatat inflasi. Inflasi tertinggi di Meulaboh sebesar 0,88 persen dengan IHK sebesar 107,53 dan terendah di Batam sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar 103,24.

Baca juga: Pengadaan Tanah Sangat Strategis untuk Pemulihan Ekonomi

Terpisah, Pengamat Ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menuturkan memang harga emas trendnya sedang meningkat. Mengingat emas menjadi alternatif investasi di masa pandemi.

“Kenaikan harga emas sendiri bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Di saat pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan berakhirnya, maka resiko investasi masih cukup besar. Maka emas menjadi alternatif investasi yang menarik. Apalagi emas sendiri sangat likuid atau gampang untuk dicairkan, karena gampang untuk menjualnya,” ungkap Praktisi di Universitas Sumatera Utara (Sumut).

Sambungnya, ketidakseimbangan antara permintaan dan produksi emas, di dunia menyebabkan terjadinya kenaikan harga emas dalam beberapa waktu terakhir ini khususnya pada saat pandemi Covid19.

“Di pasar internasional per hari ini harganya meningkat lagi. Memang kemarin sempat menurun sedikit, tetapi menarik lagi. Jadi dibandingkan sebelum terjadi Pandemi Covid-19, tentunya harga emas cenderung meningkat. Sebenarnya bagi masyarakat jika ingin membeli untuk investasi, mungkin sudah tidak begitu berubah harganya. Bahkan bisa jadi akan menurun kembali ketika nanti Pandemi Covid-19 ini berakhir,” jelasnya.

Baca juga: Dongkrak Ekonomi Pulih dari Corona, Pemerintah Genjot Kinerja UMKM

Ditambahkannya, harga emas akan dapat menurun kembali jika pandemi Covid-19 berakhir, dan perekonomian kembali normal. Ketika pertumbuhan ekonomi di dunia kembali meningkat, investor akan kembali masuk ke pasar modal dan pasar uang, dan akhirnya akan terjadi pembalikan investasi ke pasar tersebut.

“Tentunya kondisi ini akan menyebabkan penawaran emas meningkat (pemegang emas menjual kembali emas yang dipegang), sehingga harga emas akan kembali turun. Jadi harga emas memang meningkat karena investor memiliki alternatif investasi yang lebih terbatas, karena harga saham yang masih tidak stabil akibat perekonomian dunia juga sedang dalam tren menurun,” pungkasnya. (Anita/hm07)

Related Articles

Latest Articles