13.2 C
New York
Friday, May 3, 2024

Harga Emas Melonjak 3,5 Persen Dalam Sepekan

New York, MISTAR.ID

Harga emas melonjak lebih dari 3,5% dan mencatatkan penguatan terbaiknya sejak bulan November 2020 lalu. Keperkasaan emas di akhir pekan terjadi setelah penurunan tak terduga dalam pertumbuhan pekerjaan Amerika Serikat (AS) pada bulan April yang mempercepat pelemahan dolar AS dan yield US Treasury.

Jumat (7/5/21) lalu, harga emas spot ditutup menguat 0,88% menjadi US$ 1.831,24 per ons troi. Dengan ini, harga emas sudah menguat 3,5% dalam sepekan, penguatan terbesar sejak November 2020. Setali tiga uang, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Juni 2021 ditutup naik 0,9% menjadi US$ 1,831.30 per ons troi. Dalam sepekan, harganya pun sudah melonjak 3,6%.

“Dengan data penurunan pada angka (pekerjaan), imbal hasil pada obligasi pemerintah akan tertekan dan dolar juga turun, memungkinkan emas untuk melonjak,” kata Phillip Streible, Chief Market Strategist Blue Line Futures di Chicago. Lebih lanjut Streible bilang, reli emas mungkin berumur pendek karena data pekerjaan bulan depan bisa menunjukkan angka yang lebih baik.

Baca Juga:Harga Emas Melonjak Usai Imbal Hasil Obligasi Turun

Data Non-farm payrolls pada bulan April naik hanya 266.000 pekerjaan, dengan pengusaha kemungkinan besar frustrasi oleh kekurangan tenaga kerja saat ekonomi dibuka kembali. “Laporan ini setidaknya untuk sementara memberikan sedikit air dingin pada gagasan yang memaksa Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan banyak orang,” kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff dalam sebuah catatan.

Pada akhir pekan lalu, dolar memperpanjang penurunan, sementara yield US Treasury juga turun, yang akhirnya menurunkan biaya peluang memegang emas batangan tanpa bunga. “Emas bisa terdorong menuju US$ 1.857, diikuti oleh level resistensi di US$ 1.925 per ons troi,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah catatan.

Di sisi fisik, permintaan emas terlihat turun di konsumen terbesar kedua India. Hal ini terjadi akibat pandemi Covid-19 yang memburuk. “Lockdown di India tidak membantu permintaan fisik,” kata analis StoneX, Rhona O’Connell. “Tetapi semua aliran fisik fundamental ini, sementara mereka berkontribusi pada titik-titik inflexion dan koreksi, pada akhirnya dikerdilkan oleh pergerakan uang profesional,” ujarnya. (kontan/hm12)

Related Articles

Latest Articles