1.7 C
New York
Tuesday, March 19, 2024

Harga Barang Makin Mahal, ini Penyumbang Utama Inflasi

Jakarta,MISTAR.ID

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, beberapa kebutuhan primer hingga sekunder masyarakat di Indonesia semakin meningkat.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, inflasi inti atau core inflation Indonesia pada November 2022 mencapai 3,3% (year on year/yoy), realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan inflasi inti pada Oktober 2022 yang mencapai 3,31% (yoy).

Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti: interaksi permintaan-penawaran.

Baca juga:Inflasi YoY Sumut di November Tercatat 5,03 Persen

“Andil utama core inflation secara bulanan yakni emas perhiasan dengan andil 0,01%,” jelas Setianto pada konferensi pers, Kamis (1/12/22).

Selain itu, inflasi inti yang terjadi pada November 2022 disumbang dari harga sewa rumah dengan andil inflasi 0,09%, mobil 0,08%, kontrak rumah 0,07%, sabun detergen bubuk dan cair 0,07%.

Selain itu, penyumbang inflasi inti di tanah air pada November 2022 juga berasal dari uang kuliah tingkat akademi dan perguruan tinggi sebesar 0,06%, nasi dan lauk pauknya 0,06%, serta asisten rumah tangga 0,05%.

“Itu beberapa komoditas terkait penyumbang utama inflasi kita,” jelas Sri Mulyani.

Secara keseluruhan, inflasi umum di Indonesia pada November mencapai 5,42% (yoy), turun dibandingkan dengan posisi inflasi pada Oktober yang mencapai 5,71% (yoy).

Baca juga:Harga Emas Melonjak Didorong Data Inflasi AS yang Lebih Kecil dari Perkiraan

Selain itu, inflasi yang berdasarkan diatur pemerintah pada November 2022 mencapai 13,01% (yoy) turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 13,28%, serta inflasi harga bergejolak yang mencapai 5,7% (yoy) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 7,2%.

“Berdasarkan komponen, andil inflasi inti ke inflasi nasional 2,17%, harga diatur pemerintah 2,3%, harga bergejolak 0,95%,” jelas Setianto. (cnbc/hm06)

Related Articles

Latest Articles