10.1 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Ekonomi Sumut Tumbuh 5,22 Persen

Medan | MISTAR.ID – Ekonomi Sumatera Utara sepanjang 2019 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 5,22%. Realisasi pertumbuhan itu melaju lebih cepat dibanding 2018 yang hanya tumbuh 5,18%. Angka ini juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan rata-rata nasional yang bertengger di level 5,02%.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju pertumbuhan ekononomi itu ditopang oleh perbaikan kinerja di seluruh sektor lapangan usaha. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Informasi dan Komunikasi sebesar 9,63%, diikuti oleh Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 8,88% dan Administrasi Pemerintahan sebesar 8,15%.

Adapun sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 1,27%, diikuti Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,23, Konstruksi sebesar 0,92% serta Transportasi sebesar 0,28%.

“Sementara pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dari lapangan usaha lainnya sebesar 1,52%,” kata Kepala BPS Sumut, Syech Suhaimi, Rabu (5/2/20).

Syech menyebut, perekonomian Sumut tahun 2019 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp801,733 miliar dan PDRB per kapita mencapai Rp 55,05 juta.

Sementara, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan terjadi hampir pada semua komponen, yaitu Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P), dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Sedangkan, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami kontraksi.

Komponen PK-LNPRT merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,95%, diikuti Komponen PMTB sebesar 8,59%, dan Komponen PK-RT sebesar 4,38%.

Adapun sumber pertumbuhan tertinggi dari Komponen PMTB sebesar 2,54% yang diikuti oleh Komponen PK-RT sebesar 2,26%. Sementara sumber pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dari Komponen lainnya sebesar 0,42%.

Menurut Syech, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Sumut sepanjang 2019 sudah sangat baik, karena bisa di ata rata-rata nasional. Faktor pendorong utama memang masih bertumpu pada sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan dan konstruksi.

Hanya saja, wabah hog cholera yang merebak sepanjang triwulan IV tahun lalu membuat laju ekonomi Sumut sedikit tertahan. Banyaknya babi yang mati menyebabkan industri makanan dan usaha rumah makan menjadi terpuruk.

Selain itu, pertumbuhan juga tertahan karena sektor industri melampat pada triwulan yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya kinerja industri karet yang mengalami penurunan produksi. Pada akhir tahun lalu, sebagian besar kebun karet di Sumut memasuki masa gugur daun sehingga mengurangi produksi.

“Jika tidak, pasti ekonomi Sumut bisa tumbuh di atas 5,22%,” katanya.

Namun, secara tahunan, sektor-sektor yang mengalami kontraksi pada triwulan akhir itu tercatat mengalami pertumbuhan, di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi. Hal ini cukup baik ditengah belum pulihnya ekonomi dunia hingga saat ini.

Ekonom Sumut, Wahyu Ario Utomo mengungkapkan, kinerja pertumbuhan ekonomi Sumut tersebut sudah sangat wajar, di tengah ketidakpastian ekonomi global selama setahun terakhir.

“Faktor-faktor eksternal memang belum pulih. Tapi sudah sangat wajar dan masih sesuai dengan prediksi pemerintah atau Bank Indonesia,” ungkapnya.

Menurutnya, penyelesaian infrastruktur strategis nasional di Sumut sepanjang tahun lalu juga menjadi pendorong utama ekonomi Sumut. Sektor konstruksi tumbuh positif. Begitu juga dengan adanya putaran Pemilu turut mendongkrak konsumsi.

Reporter: Daniel Pekuwali
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles