7.8 C
New York
Friday, April 19, 2024

Di Tengah Pandemi, BI Mencatat 2 Miliar Dolar AS Investasi Asing Masuk

Jakarta, MISTAR.ID

Di tengah pandemi Covid-19, pertumbuhan investasi asing lumayan baik. Berdasarkan catatan Bank Indonesia, sebesar 2 miliar dolar AS modal asing berlanjut masuk ke Indonesia dalam bentuk investasi portofolio, mencapai nett inflows sejak Juli hingga 16 Agustus 2021.

“Ketidakpastian pasar keuangan global sedikit menurun sejalan prospek perekonomian dunia yang membaik,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI)  Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Bulan Agustus 2021 di Jakarta, Kamis (19/8/21).

Menurut ia, kondisi tersebut mendorong masuknya aliran modal global ke negara berkembang, termasuk Indonesia, dan mendukung penguatan mata uang di berbagai negara tersebut.

Baca Juga: Segera Melantai di BEI, IPO Unicorn Diharapkan Meningkatkan Iklim Investasi

Realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2021 di berbagai negara menunjukkan perbaikan yang berlanjut, didukung oleh akselerasi vaksinasi dan stimulus kebijakan.

“Tetap kuatnya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, Kawasan Eropa, dan China, diperkirakan dapat menopang prospek perekonomian global ke depannya,” tegas Perry Warjiyo.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh kinerja indikator dini pada Juli 2021 seperti Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur, keyakinan konsumen, dan penjualan eceran di negara-negara tersebut yang tetap kuat.

Perry Warjiyo berpendapat volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga diprakirakan terus meningkat, sehingga tetap mendukung masih kuatnya kinerja ekspor negara berkembang.

Baca Juga: Investasi Saham Jadi Trend di Masa Pandemi

Maka dari itu nilai tukar rupiah pun berhasil menguat 0,89 persen secara rerata dan 0,63 persen secara point to point pada 18 Agustus 2021 dibandingkan dengan level Juli 2021 karena meningkatkanya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.

Meski begitu, Perry Warjiyo mengatakan rupiah sampai dengan 18 Agustus 2021 masih mencatat depresiasi sekitar 2,24 persen secara tahun kalender atau year to date (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020.

Namun penurunan kurs rupiah relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand.(antara/hm02)

 

 

Related Articles

Latest Articles