17.4 C
New York
Saturday, May 18, 2024

BI: Korona Bikin Pengendalian Inflasi Makin Berat

Medan, MISTAR.ID – Merebaknya virus korona yang dimulai di China membuat pengendalian inflasi di Indonesia, termasuk di Sumatera Utara bakal makin sulit. Sebab, saat ini pemerintah telah menutup sementara keran impor sejumlah komoditas yang membuat harga di pasaran bergerak liar.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Wiwiek Sisto Widayat menyebut, dengan kondisi global saat ini yang belum terlalu pulih, ditambah lagi dengan merebaknya virus korona, pihaknya memprediksi inflasi Sumut pada tahun ini lebih tinggi dibanding 2019 lalu. “Inflasi Sumut diprediksi berada di kisaran 2,80 hingga 3,20 persen,” katanya di Medan, Selasa (11/2/20).

Dia menyebut, tekanan inflasi juga akan terlihat di bulan Februari ini. Penutupan keran impor dari China akan menjadi faktor pendorong utama. Selama ini, China memang mendominasi pangsa impor Sumut. Penutupan keran impor itu tentu membuat stok di pasaran menipis dan membuat harga melonjak. Komoditas bawang putih misalnya, lebih dari 80% diimpor dari China.

“Saat ini harga bawang putih sudah dua kali lipat dari harga biasanya. Padahal keterangan dari salah seorang importir di Medan, ia sudah tidak punya stok lagi,” ungkapnya.

Pihaknya berharap, pemerintah melalui kementerian perdagangan sudah mulai melakukan upaya mencari negara importir bawang putih baru, agar dampak bawang putih tidak berlangsung lebih lama.

“Kemendag harus segera membuka kran impor untuk bawang putih dari negara lain. Karena proses dari pembukaan kran impor hingga penunjukan importir dan pemesanan komoditi akan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Jadi jangan sampai masuk bulan puasa, masalah bawang putih belum teratasi,” katanya.

Dengan kondisi ini, maka peluang Sumut untuk bisa kembali deflasi selama 4 bulan berturut-turut menurut Wiwiek akan sulit untuk tercapai kembali.

“Pasti sulit kita bisa mengukir sejarah mengalami deflasi selama 4 bulan berturut-turut mulai September hingga Desember. Orang-orang sampai terkaget-kaget, kok bisa gitu,” tambahnya.

Selain bawnag putih, ada sejumlah faktor yang mendorong inflasi di 2020 ini akan lebih tinggi dari tahun 2019, diantaranya penyesuaian harga rokok secara gradual sejalan dengan kenaikan harga cukai rokok, di samping adanya peningkatan harga komoditas bumbu-bumbuan khususnya cabai merah, sebagai dampak produksi yang belum optimal di tengah permintaan yang tinggi.

“Dari kajian kita, ada beberapa faktor pendorong inflasi, yakni harga cukai rokok yang naik rata-rata 23 persen mulai Januari sehingga mendorong kenaikan harga rokok, ditambah belum stabilnya pasokan cabai merah sementara permintaan tetap tinggi,” pungkasnya.

Reporter: Daniel Pekuwali
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles