5.4 C
New York
Friday, March 29, 2024

BEI Sumut Beri Strategi Teknikal dalam Berinvestasi

Medan, MISTAR.ID

Calon investor dalam pasar saham sebaiknya mengukur lebih dahulu profil risiko masing-masing sebelum mulai berinvestasi. Sebab produk saham dari perusahaan efek yang dibeli di Bursa Efek Indonesia (BEI) termasuk kategori investasi dengan risiko yang tinggi.

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumut Muhammad Pintor Nasution mengatakan perlu diingat, berinvestasi pada produk apapun, tentu memiliki risiko. Semakin tinggi potensi keuntungan atau return, semakin tinggi pula risiko investasi.

Apalagi saat ini peran media sosial turut mendukung gencarnya informasi seputar investasi saham. Bahkan berinvestasi di pasar saham kian marak terutama di kalangan milenial. “Namun, masih banyak investor pemula belum membekali diri dengan pengetahuan dalam berinvestasi, dan sekadar ikut-ikutan membeli saham,” sebutnya melalui keterangan tertulisnya, Jumat (2/4/21).

Baca Juga:BEI Edukasi Pasar Modal Melalui 4 Inovasi Terobosan Baru 

Investor dengan profil risiko agresif atau risk taker sangat direkomendasikan berinvestasi saham. Lalu, bagaimana dengan investor yang memiliki profil risiko moderat atau konservatif? “Berinvestasi saham tetap dimungkinkan, akan tetapi berinvestasi pada jenis investasi berjangka panjang dapat menjadi strategi pengelolaan risiko,” ujarnya.

Di sisi lain, semakin panjang jangka waktu berinvestasi, semakin kecil tingkat risiko. Hal ini karena harga saham cenderung berfluktuasi dalam jangka pendek. Sedangkan, dalam jangka panjang atau di atas lima tahun, harga saham secara historical mengalami tren kenaikan seiring membaiknya kinerja keuangan perusahaan diikuti dengan siklus perekonomian.

Setelah calon investor memahami risiko investasi serta mengetahui profil risikonya, maka selanjutnya adalah strategi berinvestasi. Pintor menyebutkan, dalam berinvestasi, seorang investor dapat menggunakan dua pendekatan, di antaranya baik secara teknikal maupun fundamental. “Strategi teknikal adalah berinvestasi dengan cara menganalisa kenaikan dan turunnya harga saham perusahaan,” jelasnya.

Baca Juga:BEI Sumut: Ini 3 Resiko Berinvestasi Saham

Strategi teknikal menggunakan data historis dari indikator penting suatu emiten atau perusahaan tercatat yang dijadikan acuan dengan melihat pola pergerakannya (kenaikan/ penurunan). Investor dengan preferensi analisis teknikal biasanya akan lebih berfokus pada perkembangan investasi secara jangka pendek. Tentunya, bagi investor yang memilih berinvestasi untuk jangka pendek berdasarkan strategi teknikal, perlu secara aktif memantau penurunan/ kenaikan harga saham, serta dengan tetap memperhatikan tingkat toleransi risiko.

Seorang investor yang berpedoman pada analisis teknikal, harus dapat memahami dengan baik pergerakan indikator yang diamati secara grafis. “Perlu diingat, strategi teknikal ini membutuhkan perhatian lebih karena investor harus aktif setiap waktu memantau pergerakan harga saham. Sehingga jangan sampai investor hanya sekadar ikut-ikutan dalam membeli saham, tanpa mengukur risikonya,” paparnya.

Sebaliknya, strategi fundamental dilakukan berdasarkan analisa fundamental dari kinerja perusahaan yang sahamnya hendak dibeli. Analisis fundamental lebih digunakan oleh mayoritas investor yang berinvestasi dalam jangka panjang. Pemilihan secara fundamental dilihat berdasarkan kinerja perusahaan di masa lalu, berapa besar tingkat pertumbuhannya, serta analisa kinerja perusahaan di masa depan.

Baca Juga:BEI Edukasi Investor Pemula dalam Memilih Saham

Disebutkan, analisa kinerja di masa depan bisa diperoleh dari hasil riset dan analis perusahaan sekuritas manapun, terutama di tempat investor terdaftar sebagai nasabah/ klien. Analisa terhadap kinerja perusahaan di masa depan juga dapat diperoleh dari berbagai sumber lainnya, seperti berita yang diperoleh dari media massa, laporan keuangan perusahaan, maupun hasil analisa corporate action setiap perusahaan tercatat yang dapat diperoleh pada masing-masing website perusahaan atau pun publikasi pada website IDX.

Dengan demikian, menurut Pintor, investor sebaiknya perlu memahami dengan baik sektor/ bidang industri perusahaan tercatat, serta bagaimana persaingan serta keunggulan perusahaan. “Jika kinerja perusahaan selama ini dinilai baik dan menunjukkan tren pertumbuhan, maka akan tercermin pada harga saham yang cenderung mengalami potensi peningkatan yang baik juga di masa depan,” pungkasnya. (anita/hm12)

Related Articles

Latest Articles