10.6 C
New York
Thursday, April 18, 2024

Arah Pergerakan IHSG dan Rupiah Pekan Ini Belum Jelas

Medan, MISTAR.ID

Selama sepekan beberapa momen penting menjadi fokus perhatian pasar. Salah satunya keputusan Bank Indonesia menetapkan besaran bunga acuannya. Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin menilai Bank Indonesia belum sepenuhnya akan menaikkan bunga acuannya di pekan ini. Peluang menaikkan ataupun tetap mempertahankan di angka 3,5% sama besar peluangnya.

“Kalau berkaca kepada tekanan yang terjadi saat Bank Sentral AS menaikkan bunga acuan sebelumnya. Saya menilai hal tersebut sejauh ini masih dalam kondisi yang terkendali. Meskipun ada tekanan pada IHSG maupun rupiah, akan tetapi semuanya masih dalam situasi yang manageable. IHSG belakangan juga mampu menguat, sementara tekanan rupiah di akhir pekan sebelumnya juga membaik,” katanya, Senin (23/5/22).

Di sisi lain, ada perkembangan data ekonomi di AS yang dinilai tidak akan menguntungkan bagi kinerja pasar keuangan AS itu sendiri di pekan ini. Beberapa data penting memang diproyeksikan akan menunjukan pelemahan. Di sisi lainnya, pelaku pasar juga akan mendengarkan gambaran ekonomi AS dari Bank Sentral AS atau yang lebih dikenal dengan istilah FOMC Minutes.

Baca juga: Pekan ini Pasar Keuangan Berpeluang Tertekan

“Jadi saya memperkirakan pasar keuangan memang berpeluang untuk kembali mengalami tekanan khususnya jika BI tidak menaikkan bunga acuannya. Meksipun dalam potensi penurunan kinerja yang terbatas. Sementara di akhir pekan, pasar keuangan kita berpotensi kembali mengalami tekanan seandainya The FED atau Bank Sentral AS kembali menunjukan sikap untuk menaikkan besaran bunga acuannya dalam waktu dekat,” jelasnya.

Gunawan juga melihat selama sepekan ke depan kinerja IHSG maupun rupiah masih akan terombang-ambing. Sejauh ini belum ada yang bisa memastikan bagaimana serangkaian kebijakan dari BI maupun dari The FED.

“Tetapi BI bisa saja mengambil sikap berani dengan tidak menaikkan bunga acuan. Apalagi kondisi ekonomi di AS tidak sepenuhnya menggambarkan pemulihan secara konsisten. Terlebih belakangan ini saya melihat kebijakan The FED yang menaikkan bunga acuannya justru berpeluang mempercepat ekonomi AS masuk resesi. Ditambah lagi sejumlah negara Eropa seperti Inggris tengah menghadapi tekanan inflasi tinggi dan berpotensi resesi,” ungkapnya.

Artinya, tambah Gunawan, BI juga bisa bersikap mengabaikan semua potensi kenaikan bunga acuan, karena pada dasarnya kondisi ekonomi di banyak negara besar tengah berhadapan dengan masalahnya sendiri. (anita/hm09)

Related Articles

Latest Articles