8.2 C
New York
Thursday, March 28, 2024

Waspadai Stres Pada Anak

MISTAR.ID

Stres dan cemas adalah penyakit yang berdampak pada kejiwaan. Jangan biarkan
berlarut, karena bisa berakibat fatal. Nah, stres juga berarti hanya dimiliki orang dewasa
saja. Karena ternyata, stres juga kerap melanda anak-anak.

Stres pada anak-anak bisa dipicu oleh berbagai hal yang sering kali terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Melansir Very Well Family, inilah beberapa kondisi yang tidak
jarang menjadi penyebab stres pada anak-anak. Yuk, simak!

1. Tekanan akademik

Tidak sedikit dijumpai anak-anak yang mengalami kecemasan akan kehidupan akademik
mereka. Keinginan yang tinggi untuk berprestasi di sekolah terbilang mudah untuk
menyulut kecemasan dan stres pada diri anak-anak.

Tekanan akademik sangat umum terjadi pada anak-anak yang takut membuat kesalahan
atau takut tidak pandai dalam mata pelajaran. Ketakutan ini juga dapat disebabkan oleh
bayangan anak-anak tentang reaksi orang tua jikalau mereka mendapatkan nilai yang
rendah.

Baca juga: Tips Mengelola Emosi Bersama Anak Saat Pandemi

2. Adanya perubahan dalam keluarga

Perubahan besar yang terjadi dalam lingkup keluarga mampu memberikan pengaruh
yang cukup signifikan terhadap kondisi mental anak. Perubahan besar dalam keluarga
seperti perceraian, kematian, pindah rumah, atau bertambahnya saudara baru dapat
mengguncang rasa aman pada anak sehingga mereka akan rentan merasa bingung dan
cemas.

Pada saat anak memiliki saudara baru, perasaan terancam dan cemburu akan sangat
mungkin mereka alami. Sementara itu, kematian anggota keluarga dapat memunculkan
kecemasan dan kesedihan pada anak serta bisa memicu timbulnya ketakutan akan
kematian.

3. Bullying

Bullying atau penindasan merupakan salah satu masalah serius bagi banyak orang
termasuk anak-anak. Selain berpengaruh terhadap mental, bullying juga dapat
menyebabkan kerusakan fisik.

Anak-anak yang kerap ditindas akan sering merasa malu ketika mendapatkan sorotan.
Mereka juga akan cenderung menyembunyikan dari orang tua maupun guru tentang
perlakuan intimidasi yang mereka dapatkan. Ketika hal itu terjadi, anak-anak pun akan
rentan mengalami stres akibat terlalu sering memendam perasaan yang terluka.

4. Menyaksikan berita buruk

Maraknya berita yang menyampaikan informasi tentang peristiwa bencana alam,
terorisme, dan kekerasan dapat memicu stres dan kecemasan pada anak-anak.

Ketika anak melihat dan mendengar berita yang mereka anggap mengerikan,
kemungkinan besar mereka akan merasa khawatir jika sesuatu yang buruk juga akan
terjadi pada mereka atau orang-orang yang mereka cintai suatu saat nanti.

5. Isu popularitas

Seiring bertambahnya usia, kebanyakan anak tentu ingin bisa beradaptasi dan disukai
oleh anak-anak lainnya. Keinginan untuk menyesuaikan diri dan menjadi populer tidak
jarang menciptakan tekanan yang sangat menyiksa mereka.

Biasanya, perasaan dikucilkan sering menjadi masalah bagi anak-anak usia sekolah
terlebih bagi anak sekolah dasar yang baru merasakan keluar dari zona nyaman.

6. Jadwal yang terlalu padat

Terlalu sering berkegiatan tanpa dibarengi waktu istirahat yang cukup dapat
menyebabkan anak-anak rentan mengalami stres. Pasalnya, anak membutuhkan waktu
istirahat yang sepadan dengan banyaknya kegiatan yang mereka jalani.

Baca juga: Anak Menonton TV dengan Banyak Iklan Memicu Stres Orangtua, Ini Penjelasannya

Sibuk memang baik, namun anak-anak juga tidak boleh dipaksakan untuk terus aktif
sementara mereka seharusnya beristirahat.

7. Menonton film atau membaca buku yang menakutkan

Tidak hanya berita, film dan buku dengan alur cerita yang menakutkan juga dapat
memicu kecemasan pada anak-anak.

Adegan mengerikan atau kekerasan yang ada di dalam film atau buku tersebut dapat
membuat anak-anak terpengaruh dan memikirkannya secara berlebihan.

Moms, itulah beberapa kondisi yang bisa menyebabkan stres pada anak-anak. Selain
penyebab, ada juga beberapa tanda anak mengalami stres yang harus Moms cermati
sebagai berikut:

  • Mudah tersinggung atau murung
  • Adanya perubahan dalam kinerja akademik
  • Cenderung menarik diri dari teman-teman
  • Tidak mau lagi berpartisipasi dalam kegiatan yang mereka sukai
  • Adanya gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan seperti sering sakit perut atau sakit
    kepala
  • Tidur lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya
  • Makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya (momsmoney/hm06)

Related Articles

Latest Articles