7.9 C
New York
Thursday, April 18, 2024

Smiling Depression, Sedih tapi Selalu Tersenyum

Jakarta, MISTAR.ID

Orang tersenyum itu tak berarti selalu bahagia. Ada beberapa orang yang kerap berusaha menyembunyikan kesedihan lewat senyuman manis. Hal ini disebut dengan istilah smiling depression. Walaupun tak masuk kategori atapun salah satu diagnosis gangguan mental yang resmi, tetapi kondisi ini banyak terjadi di masyarakat.

Smiling depression adalah istilah bagi seseorang yang depresi namun tetap berusaha agar terlihat bahagia. Lewat senyuman manisnya, orang-orang seperti ini berusaha meyakinkan siapa pun yang berada di sekitarnya bahwa mereka baik-baik saja.

Pada intinya, mereka akan berpura-pura bahagia di depan orang lain dan menutupi kesedihannya dengan berbagai alasan. Mengutip Healthline, smiling depression tak diakui sebagai salah satu kondisi medis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Namun, kondisi ini kemungkinan bisa didiagnosis sebagai gangguan depresi mayor dengan ciri-ciri atipikal.

Baca Juga:Waspada FOMO dan Dampaknya Secara Psikologis

Di luar atau saat berada di lingkungan sosial, seseorang dengan smiling depression akan tampak bahagia atau puas dengan kehidupannya. Namun jauh di lubuk hatinya, mereka mengalami gejala depresi yang intens. Depresi sendiri pada dasarnya akan memengaruhi setiap orang secara berbeda dengan berbagai gejala yang dimunculkan.

Namun, kesedihan yang mendalam dan berkepanjangan menjadi salah satu gejala depresi yang paling menonjol. Beberapa gejala umum depresi di antaranya adalah, perubahan nafsu makan dan pola tidur, kelelahan, perasaan putus asa, harga diri rendah dan kehilangan minat akan hal-hal yang sebelumnya disukai.

Seseorang dengan smiling depression mungkin akan mengalami beberapa atau semua gejala di atas. Namun, di depan publik, gejala-gejala ini mendadak sirna. Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan seseorang mengalami smiling depression:

Baca Juga:Cara Mengatasi Gangguan Psikologis pada Lansia

  1. Perubahan besar dalam hidup

Seperti depresi lainnya, smiling depression dapat dipicu oleh situasi atau sebuah perubahan besar dalam hidup. Misalnya saja hubungan yang gagal bersama pasangan, kehilangan pekerjaan, hingga kehilangan orang-orang yang disayang.

  1. Pertimbangan budaya lingkungan sekitar

Setiap pribadi akan mengalami depresi dengan cara yang berbeda. Para peneliti percaya, perbedaan ini disebabkan oleh fokus setiap individu yang berbeda-beda.

Ada individu yang berorientasi pada kondisi eksternal (lingkungan sosial), ada juga mereka yang berfokus pada situasi internal (dalam diri atau pribadi). Orang yang berorientasi pada kondisi eksternal umumnya tidak akan fokus dan sadar penuh pada keadaan emosi dirinya sendiri.

Baca Juga:Duck Syndrome, Gangguan Psikologis Banyak Dialami Orang Dewasa Muda

Di beberapa budaya, masalah stigma juga kerap jadi soal. Misalnya, mengekspresikan emosi akan dianggap sebagai bentuk mencari perhatian atau memperlihatkan kelemahan diri. Hal-hal seperti sering kali membuat seseorang pada akhirnya terpaksa menyembunyikan emosi diri yang sebenarnya.

  1. Media sosial

Di zaman ini, media sosial punya peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Media sosial memberikan realitas alternatif di mana kehidupan semua orang seolah terlihat berjalan dengan baik. Namun, benarkah demikian? Banyak orang enggan membuat unggahan yang memperlihatkan rasa sedih. Alih-alih demikian, banyak orang justru memilih untuk berbagi momen bahagianya. Kondisi ini dapat menciptakan kekosongan realitas yang memberikan lebih banyak ruang untuk terbentuknya smiling depression.(cnn/hm15)

Related Articles

Latest Articles