8.2 C
New York
Thursday, March 28, 2024

Sindrom Baby Blues, Seorang Ibu Siksa Bayi Berusia 8 Hari

Samarinda, MISTAR.ID

Sindrom Baby Blues, tingkat emosi seorang perempuan yang baru saja memiliki anak pertama, diduga menjadi pemicu penyiksaan bayi yang baru berusia 8 hari. Kejadian itu terjadi di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, dan sudah ditangani tim penyidik Polri.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap ibunya, pengakuan awal dia spontan saja. Terkait sindrom baby blues, sekarang masih dilakukan pendampingan,” kata Kanit Reskrim Polsekta Samarinda Kota Iptu Abdillah Dalimunthe, Kamis (11/6/20).

Karena kemungkinan mengarah ke sindrom itu, kepolisian belum bisa memastikan kasus ini bisa dilanjutkan ke ranah pidana. Sebab ini menyangkut kondisi kejiwaan pelaku.

“Untuk kelanjutan kasus ini, kita akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait,” tambahnya.

Baca juga: Ibu Meninggal Dunia, Bayi Umur 7 Hari Masuk PDP Corona

Sementara itu pemeriksaan psikologis E-F sedang berjalan. Psikolog Ayunda Ramadhani masih melakukan pemeriksaan terhadap pelaku.

“Untuk pemeriksaan ini masih berjalan jadi saya belum bisa sampaikan. Jadi diduga arahnya ke sana, Baby Blues,” kata Ayunda.

Dia memaparkan, istilah baby blues merupakan ketidakstabilan emosi yang dialami seorang ibu pasca-persalinan. Setelah melahirkan, sekitar 70-80 persen ibu baru akan mengalami perasaan tak enak dan perubahan suasana hati.

Gejala baby blues pada seorang ibu, tambahnya, meliputi kelelahan, kesulitan tidur, mudah marah, hingga sulit berkonsentrasi.

“Kondisi ini biasanya berlangsung dua pekan setelah melahirkan,” sambungnya.

Sindrom ini, paparnya, ditandai dengan beberapa gejala seperti sedih atau menangis tanpa alasan, tidak sabar, mudah marah, merasa gelisah, kelelahan, perubahan suasana hati, hingga insomnia.

Baca juga: Penyebab Bayi Lahir Cacat Di Madina, Dinkes Sumut Masih Tunggu Hasil Laboratorium

Penyebabnya belum diketahui pasti, namun berkaitan dengan perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan dan kembali setelah bayi lahir.

Ayunda menampik adanya dugaan perilaku psikopat karena pemeriksaannya masih terlalu dini. Lagipula usia EF (si ibu) tergolong masih muda.

“Karena usianya masih muda, faktornya adalah karena bisa jadi kelelahan emosional dan kelelahan fisik yang memang sangat rentan sekali dan ketika ada pemicunya bisa jadi dia marah,” paparnya.

Ayunda mengingatkan kondisi EF belum stabil. Dia meminta agar pihak keluarga maupun orang terdekat, untuk tidak menghakimi dan memberikan pernyataan yang justru memperburuk kondisi pelaku.

“Masyarakat juga saya harap tidak memberikan judgement dan tidak memberikan statement negatif yang sebenarnya bisa memperburuk kondisi si Ibu,” ungkapnya.(merdeka/hm03)

Related Articles

Latest Articles