4.6 C
New York
Monday, March 25, 2024

Mengenal Istilah Self-Monitoring

Jakarta, MISTAR.ID

Self-monitoring adalah sifat seseorang yang mampu memantau sekaligus mengendalikan cara membawa diri, emosi, sekaligus perilaku ketika berada di situasi dan lingkungan tertentu. Artinya, seseorang tahu betul bagaimana perilakunya berdampak pada lingkungannya.

Selain itu, pemantauan diri sendiri ini juga bisa mengubah perilakunya menyesuaikan pada sekitar. Baik itu pengaruh lingkungan, situasi, hingga sosial.

Konsep self-monitoring pertama kali digagas oleh psikolog asal Amerika Serikat Mark Snyder pada tahun 1970an. Snyder juga merancang skala pelaporan diri sendiri untuk menentukan seberapa besar pemantauan diri ini berpengaruh terhadap perilaku manusia pada beragam situasi.

Baca Juga: Latihan Kognitif, Dapat Meningkatkan Keterampilan Matematika Anak

Beberapa tanda seseorang memiliki self-monitoring yang baik di antaranya:

-Pandai meniru perilaku orang lain
-Bisa berakting untuk menghibur orang lain
-Mengutarakan sesuatu dalam acara sosial untuk mendapat persetujuan sekitar
-Mengubah opini agar berpihak pada orang lain
-Berperilaku berbeda bergantung pada situasi atau orang yang dihadapi
-Mendengarkan saran orang lain terkait apa yang perlu diucapkan, dipikirkan, dikenakan, atau dilakukan

Orang dengan kadar self-monitoring tinggi bisa dengan mudah mengubah perilakunya demi kompromi terhadap situasi.

Sebaliknya yang tidak pandai self-monitoring akan berperilaku sesuai dengan perasaan dan kebutuhan dirinya.Selain itu, terkadang pemantauan diri ini juga bisa berubah-ubah bergantung pada situasi yang dihadapi.

Baca Juga: Kangaroo Mother Care Metode Merawat Bayi Prematur

Sebagai contoh, seseorang lebih memantau dirinya ketika berada di situasi sosial tertentu atau saat sedang stres.Sementara ketika sedang berada di lingkaran terdekat seperti saudara atau sahabat, kadar pemantauan diri ini bisa menurun. Mereka bisa lebih bebas berekspresi.

*Jenis Self-Monitoring

Umumnya, self-monitoring terbagi menjadi dua jenis utama, bergantung pada tujuannya. Mereka adalah:

-Akuisitif

Jenis self-monitoring yang bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dan perhatian orang lain. Individu dengan jenis pemantauan diri ini akan menilai bagaimana reaksi orang sekitar lalu mengubah perilakunya agar bisa lebih menyatu. Ini dilakukan demi merasa cocok dengan status atau kewenangan orang lain.

-Protektif

Tujuan dari self-monitoring ini adalah melindungi diri dari penolakan atau ketidaksetujaun orang lain. Artinya, individunya akan memantau situasi dan reaksi terlebih dahulu sebelum mengubah perilakunya agar disetujui kelompoknya.

Baca Juga: Kenali Pelecehan Emosional dan Cara Mengatasinya

Fokus utamanya adalah agar tidak merasa malu atau ditolak.Sebenarnya, self-monitoring adalah hal yang dilakukan manusia secara alami. Namun, terkadang hal ini bisa diupayakan pada situasi yang berbeda-beda. Pemantauan diri ini menjadi bermanfaat apabila digunakan untuk:

-Mengubah perilaku spesifik
-Meningkatkan self-awareness
-Lebih peka terhadap orang lain
-Meningkatkan kemampuan interpersonal
-Menaksir dampak sebuah tindakan pada situasi tertentu
-Mengenali gejala yang mungkin perlu penanganan
-Menemukan cara berperilaku di lingkungan kompetitif

*Dampak dari self-monitoring

Belajar memantau diri dapat membantu seseorang mengenali sikapnya yang mungkin tadinya tak disadari.
Apabila perilaku selama ini cenderung tidak biasa atau memicu konflik, maka self-monitoring bisa menjadi cara untuk berubah secara bertahap.Tak hanya itu, pemantauan diri ini bisa bermanfaat bagi orang dengan masalah depresi yang ingin mengenali emosinya lebih baik lagi.

Lebih umum lagi, sikap ini dapat mengurangi kemungkinan seseorang menjalani hidup bermalas-malasan atau sedentary lifestyle.

Tak hanya itu, orang dengan kemampuan pemantauan diri yang baik juga pandai menyesuaikan dirinya pada lawan bicara.

Baca Juga: Duck Syndrome, Gangguan Psikologis Banyak Dialami Orang Dewasa Muda

Kadang orang semacam ini dianggap palsu atau fake, namun bisa jadi kemampuan sosial yang membuat relasi dengan orang lain kian baik.Di sisi lain, apakah self-monitoring ini bermanfaat atau justru merusak, tentu bergantung pada situasinya.Ada kalanya orang melakukan hal ini karena mengalami gangguan kecemasan sosial. Mereka sangat khawatir bagaimana respons orang terhadap perilakunya.

Ini bisa membuat seseorang sulit merasa rileks dan menjadi dirinya sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain.

-Self-Monitoring untuk Mengubah Perilaku

Tak kalah penting, orang yang menerapkan self-monitoring bisa semakin memahami dirinya. Ini adalah kemampuan yang sangat krusial, tidak semua orang memilikinya.

Oleh sebab itu, bagi yang ingin menggunakan pemantauan diri sebagai cara mengubah perilaku menjadi lebih baik, ada hal yang bisa dilakukan. Intinya adalah identifikasi, mengukur, dan melakukan evaluasi.Berikut tahapannya:

-Identifikasi Perilaku

Tentukan target perilaku yang ingin dipantau dan diubah. Biasanya ini berkaitan dengan kesehatan, mood, pola makan, atau aktivitas sosial.

-Rekam Perilaku

Pilih cara untuk merekam proses perubahan perilaku ini. Bukan hanya secara mental, namun bisa juga dengan cara ditulis. Mulai dari mencatat frekuensi, durasi, dan intensitasnya.

-Mengatur Jadwal

Pada beberapa kasus, pemantauan diri bisa dilakukan terus menerus. Namun, akan jauh lebih realistis apabila Anda mengatur jadwal kapan memantau diri dan mencatat indikatornya.

Bagi orang yang sedang menerapkan self-monitoring untuk mengubah perilaku, jangan lupa apresiasi diri secara positif ketika berhasil.

Apabila sudah piawai memantau perilaku diri sendiri, lama kelamaan Anda akan lebih pandai mempertahankan perilaku ini secara alami.

Pastikan pemantauan diri ini digunakan secara tepat agar tidak merugikan. Jangan sampai kondisi ini justru membuat Anda tidak bisa menjadi diri sendiri karena harus menuruti persepsi sekitar.(sehatq/hm13)

Related Articles

Latest Articles