12.3 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Waspadai ‘Silent Reflux’, Saat Asam Lambung Naik Diam-diam yang Mengganggu Pernafasan

Jakarta, MISTAR.ID
Bicara soal asam lambung naik atau berbalik (acid reflux), umumnya orang langsung terpikir gastroesophageal reflux (GERD). GERD ditandai dengan sensasi terbakar atau heartburn serta rasa tidak nyaman di dada. Namun asam lambung naik bukan hanya soal GERD, terkadang orang tidak sadar dirinya mengalami laryngopharyngeal reflux (LPR).

Tidak seperti GERD, LPR cenderung memunculkan gejala yang tidak kentara sehingga dijuluki ‘silent reflux.’ Hanya saja LPR tidak boleh disepelekan, karena efeknya bisa fatal.

Di kedua ujung kerongkongan terdapat cincin otot (sfingter). Otot ini menjaga isi perut pada tempatnya. Begitu ada kondisi LPR, sfingter tidak bekerja dengan benar. Asam lambung naik ke bagian belakang tenggorokan (faring) atau kotak suara (laring) atau bahkan ke bagian belakang saluran napas hidung. Akibatnya, timbul peradangan di area yang terpapar asam lambung.

Reflux silent sering terjadi pada bayi sebab sfingter belum berkembang sempurna, kerongkongan pendek dan sering berbaring. Sedangkan pada orang dewasa, penyebabnya belum diketahui pasti. Namun melansir dari Healthline, ada sejumlah faktor risiko seperti, gaya hidup (diet, makan berlebihan), kondisi fisik (malfungsi sfingter, berat badan berlebihan), dan kehamilan.

Baca juga: Kunyit Ampuh Obati Asam Lambung

Clark A. Rosen, direktur divisi langingologi di University of California San Francisco Health mengatakan saat tidur di malam hari, asam lambung dapat naik kembali ke kerongkongan dan merangsang sensor di lapisan tenggorokan. Akibatnya asam mengiritasi tenggorokan sehingga timbul masalah pernapasan dan kejang tenggorokan. Tentu ini otomatis membuat Anda kerap terbangun dan tidur jadi kurang berkualitas.

Apa Penyebabnya?

Dilansir dari Livestrong, refluks asam mudah timbul, ini penyebabnya:

1. Posisi berbaring

Di posisi seperti ini, perut dan tenggorokan sejajar sehingga asam mengalir dengan mudah. Kemudian bisa juga otot sfingter esofagus lemah atau tidak menutup rapat.

Di samping itu, Anda makan malam dalam jumlah besar jelang tidur, konsumsi alkohol yang mengendurkan katup pemisah lambung dan tenggorokan.

2. Sakit tenggorokan dan suara serak

Asam lambung yang naik akan membakar lapisan halus tenggorokan sehingga timbul sensasi seperti terbakar. Selain itu suara cenderung serak sebab pita suara bengkak atau mengalami iritasi akibat paparan asam.

3. Batuk dan mengi

Asam lambung memang masalah pencernaan tetapi karena ada interaksi dengan tenggorokan, orang yang mengalami silent reflux mungkin mengalami gejala pernapasan seperti batuk dan mengi (napas berbunyi seperti nada tinggi).

Akan tetapi riset menemukan gejala pernapasan tetap bisa terjadi meski asam lambung tidak sampai ke tenggorokan. Asam di bagian bawah kerongkongan bisa mengakibatkan saluran pernapasan di paru (bronkiolus) menyempit seperti terkena serangan asma.

4. Sulit menelan

Mulai sulit menelan? Sangat mungkin Anda mengalami silent reflux. Saat asam lambung menyentuh tenggorokan dan kerongkongan, timbul peradangan dan iritasi pada lapisan saluran menelan dan tenggorokan.

5. Benjolan di tenggorokan

Kondisi silent reflux perlahan menimbulkan sensasi seperti ada benda asing yang tersangkut di tenggorokan. Ini bukan karena makanan yang belum tertelan sempurna melainkan ada benjolan akibat paparan asam lambung.

Baca juga: Buah Ajaib Bisa Mengobati Asam Lambung

Mengendalikan Silent Reflux
Sementara itu, kondisi silent reflux bukan berarti akhir dari dunia. Rosen menuturkan silent reflux bisa dikendalikan dengan beberapa strategi berikut.

1. Batasi makan larut malam

Beri jarak antara jam makan malam dengan jam tidur. Ini akan mengurangi risiko asam lambung naik saat tidur. Rosen menyarankan untuk menunggu setidaknya 2-3 jam setelah santapan terakhir atau camila sebelum tidur.

2. Jaga berat badan sehat

Kelebihan berat badan akan menimbulkan tekanan pada perut dan memaksa isi perut (plus asam lambung) naik ke esofagus terutama saat malam. Tidak heran silent reflux sangat rentan dialami mereka yang kelebihan berat badan dan obesitas. Kuncinya hanya kontrol berat badan agar gejala bisa dikendalikan.

3. Membatasi makanan yang memicu refluks asam

Rosen menyarankan untuk mengurangi atau menghindari makanan yang mengandung asam dan pedas. Kemudian kurangi makanan yang bisa mengendurkan sfingter seperti kopi, cokelat dan alkohol. Kebiasaan merokok pun perlu dihindari karena bisa memicu refluks.

4. Pengobatan

Konsultasikan ke dokter mengenai kondisi Anda. Dalam kasus tertentu, perubahan diet dan gaya hidup kadang tidak cukup sehingga perlu diperkuat dengan konsumsi obat. Biasanya dokter akan meresepkan antasida untuk menetralkan asam di perut, alginate untuk mencegah refluks, atau histamine H2-receptor antagonists yang mengurangi produksi asam lambung. (cnn/hm06)

 

Related Articles

Latest Articles