9.2 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Pakar Biologi Molekuler RI Tanggapi Vaksin Corona Astrazeneca, Begini Penjelasannya

Jakarta, MISTAR.ID

Pakar Biologi Molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo menanggapi klaim efikasi vaksin astrazeneca yang disebut 70 persen ampuh lawan Covid-19.

Menurut Ahmad, meskipun sempat ada kekeliruan dosis yang diberikan dalam proses uji klinis, namun klaim efikasi vaksin Covid-19 Astrazeneca yang juga bekerjasama dengan Universitas Oxford itu bukan berarti tidak bisa dipercaya.

Sebabnya laporan yang diberikan Astrazeneca sudah transparan dan menunjukkan hasil efikasi dari kedua kelompok, baik kelompok orang yang diberikan dosis secara tepat, dan kelompok orang yang diberikan dosis keliru.

Baca Juga: Uji Klinis Vaksin China Disetop di Peru, Ini Pemicunya

Hasilnya menunjukkan klaim efikasi Astrazeneca yang berasal dari Inggris itu mencapai 70 persen, atau menurut Ahmad, angka tepatnya yakni 64 persen ampuh dari Covid-19.

“Di laporan itu mereka tampilkan dua-duanya kok. Ketika digabung ketemu angka 64 persen, dan ketika mereka fokus kelompok dengan dosis benar baik di UK maupun di Brazil juga sekitar 65 kan,” kata Ahmad kepada CNNIndonesia.com.

Transparansi data ini, menurut Ahmad merupakan hal penting untuk melihat keampuhan vaksin Covid-19 Astrazeneca. Ia juga bisa mengabaikan klaim efikasi sebelumnya yang menyebut ampuh dari Covid-19 hingga 90 persen.

Baca Juga: Desember, Vaksin Pfizer Disuntikkan Ke 3 Juta Orang AS

Astrazeneca memang sebelumnya pernah mengeluarkan klaim efikasinya hingga 90 persen. Namun ternyata klaim tersebut didapat dari hasil pemberian dosis vaksin Covid-19 yang keliru.

Meskipun klaim ini penuh kejanggalan karena dengan dosis yang lebih sedikit justru keampuhannya lebih besar ketimbang jika diberikan dengan dosis yang tepat. Ahmad mengatakan, klaim 90 persen ini bisa dikesampingkan karena belum ada penjelasan secara ilmiah.

“Jadi saya bisa abaikan klaim 90 persen untuk saat ini, karena toh sulit juga penjelasannya dan mereka pun akui tidak punya penjelasan yang bagus kenapa dosis rendah malah jadi bagus efikasinya, disinilah pentingnya transparansi,” kata Ahmad.

Baca Juga:  Di Malaysia, Vaksin Covid-19 Tak Perlu Halal

Ahmad juga merespon perihal tuntutan uji klinis ulang vaksin Covid-19 Astrazeneca karena kesalahan pemberian dosis tersebut. Ahmad menilai, untuk menemukan seberapa besar efek yang dihasilkan dari vaksin ini tidak perlu dilakukan uji klinis ulang.

Karena, Astrazeneca tidak memaksakan klaim 90 persen tersebut, mereka menggunakan klaim efikasi sekitar 65-70 persen yang didapat dari data hasil uji klinis dalam kelompok pemberian dosis yang benar.

“Tergantung sikap komisi etiknya, apakah ada dampak membahayakan relawan misalnya, namun dalam hal ini memang kebalik sih ya, justru ketika dosisnya lebih sedikit dari seharusnya, malah lebih bagus efikasinya,” kata Ahmad.

“Nah kalau mau keukeuh mengklaim 90 persen itu baru harus diulang lagi, tapi kenyataannya mereka ambil sikap konservatif, yaitu sekitar 60an plus persen,” tambahnya.

Untuk diketahui, vaksin Covid-19 asal Inggris, Astrazeneca baru saja melaporkan hasil uji klinis tahap tiga yang dilakukan di Brasil dan Inggris. Dikutip dari situs penelitian ilmiah Lancet, dilaporkan efikasi dari Astrazeneca mencapai 70 persen.

Angka efikasi tersebut didapat dari penggabungan data kelompok orang yang divaksinasi dengan dosis tepat, dan dosis yang keliru. Jika hanya menggunakan data kelompok dosis yang tepat, ditemukan efikasi sebesar 64 persen.

Meski lebih rendah, vaksin Astrazeneca telah mencapai standar efikasi minimal vaksin Covid-19 yaitu 50 persen. Vaksin Astrazeneca juga tidak perlu disimpan dalam suhu -80 derajat seperti vaksin Covid-19 Pfizer.(CNN/hm02)

 

Related Articles

Latest Articles