12.9 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Awas! Gejala Happy Hypoxia Syndrom Covid-19, Ini Peringatan Epidemiolog

Jakarta, MISTAR.ID

Baru-baru ini ditemukan gejala yang diidentifikasi dari penderita Covid-19, yaitu happy hypoxia syndrome. Kondisi pasien yang mengidapnya, mengalami tingkat saturasi oksigen dalam darah rendah yang bisa menyebabkan ketidaksadaran hingga kematian.

Namun, pada saat itu pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kesulitan bernapas, atau tanda lain yang mengisyaratkan terinfeksi virus corona

Baca Juga: Virus Baru Tick Borne di China, Ditularkan Melalui Gigitan Kutu

Seseorang akan terlihat seperti biasa, tidak mengalami gangguan kondisi fisik, bisa juga berkomunikasi. Padahal gejala ini bisa mengakibatkan hilangnya kesadaran, bahkan kematian.

Sebagaimana terjadi pada pasien Covid-19 di Banyumas, Jawa Tengah yang mengalami gejala happy hypoxia dan berakhir meninggal dunia.

Deteksi dini

Melihat gejala yang tidak terlihat itu, epidemiolog Dicky Budiman menyebutnya sebagai gejala yang menyulitkan deteksi dini kasus Covid-19. “Ini adalah salah satu dari sekian banyak gejala yang karakternya unik untuk Covid-19. Ini juga salah satu yang relatif mempersulit deteksi dini,” kata Dicky, Jumat (28/8/20).

Baca Juga: Studi Baru, Obat Kumur Dapat Mengurangi Resiko Transmisi Virus Corona

“Karena dari tampilan kadang menipu, pasien terlihat biasa saja tidak ada keluhan, tapi ketika diperiksa lebih detail salah satunya dengan oksimeter, saturasi oksigennya dia menurun,” tambah Dicky.

Menurutnya gejala happy hypoxia pada kasus Covid-19 sudah ditemukan para peneliti beberapa bulan yang lalu, jadi bukan sesuatu yang relatif baru.

Hanya saja masyarakat di Indonesia dimungkinkan baru menerima informasinya belum lama ini. Masih menurut Dicky, happy hypoxia bisa menyebabkan banyak kasus pasien Covid-19 menjadi semakin parah.

“Dan ini adalah salah satu fenomena yang akhirnya juga menyebabkan banyak kasus yang tadinya dari derajat sedang menjadi lebih parah atau kritis, karena perubahannya bisa sangat cepat,” ungkapnya.

Covid-19 banyak disebut sebagai satu penyakit yang memiliki 1.000 wajah atau dengan keluhan yang berbeda-beda, sehingga cukup sulit untuk mendeteksinya. “Kecuali dengan pemeriksaan fisik yang teliti, yang hati-hati juga, termasuk ditunjang dengan pemeriksaan penunjang seperti PCR ataupun pemeriksaan rontgen dan CT Scan,” jelas Dicky.(kontan/kompas/hm02)

 

 

Related Articles

Latest Articles