9.4 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Ini Trik Siapkan Anak Ikuti PTM Menurut Pakar

Jakarta, MISTAR.ID
Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Melanie Yudiana Iskandar mengatakan, anak-anak harus dipastikan siap mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah, selain kesiapan pihak sekolah atau orang tua.

Menurut Melanie, dari sisi jenjang pendidikan, anak-anak yang duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar (SD) cenderung lebih siap menjalani PTM ketimbang anak kelas 1 atau 2 SD.

“Lihat anak apakah sudah siap? Anak kelas 6 SD itu cukup siap, dia sudah mengerti. Tetapi anak kelas 1 atau 2 SD rasanya belum siap,” ujar dia secara daring, Kamis (14/10/21).

Agar anak siap kembali belajar tatap muka, orang tua memiliki peranan yang tak bisa diabaikan dalam menerapkan protokol kesehatan khususnya menjaga jarak.

Baca Juga:Ketua JKM: PTM Dilaksanakan, Prokes Harus Dijaga Ketat

Melanie mengatakan, biasanya motivasi anak ke sekolah bukan semata untuk belajar tetapi bertemu teman-teman mereka. Mereka berharap bisa berkegiatan di sekolah termasuk bermain seperti sebelum pandemi Covid-19.

Di sinilah orang tua perlu terus mengingatkan anak mengenai pentingnya menjaga jarak dan menjauhi kerumunan. Tetapi ini tak berarti mengabaikan protokol kesehatan lain seperti terbiasa mengenakan masker, rajin mencuci tangan usai memegang barang-barang terutama milik sekolah dan memegang masker.

Orang tua juga disarankan terus mengingatkan anak agar tidak menyentuh masker mereka, saling berbagi makanan bahkan alat tulis.

Mengenai penggunaan sarung tangan selama di sekolah, Melanie tak mengajurkannya. Menurut dia, ketimbang sarung tangan, anak lebih baik rutin mencuci tangan usai memegang sesuatu. Cuci tangan yang dianjurkan menggunakan air mengalir dan sabun.

Baca Juga:Maksimalkan PTM, SMK Negeri 1 Siantar Gelar Vaksinasi

“Yang penting sering cuci tangan. Percuma kalau pakai gloves, virusnya menempel di gloves. Kalau masih pegang muka kita atau pegang barang percuma, yang penting sering cuci tangan, Kalau anak kecil, kulitnya masih sensitif, hati-hati penggunaan disinfektan, jadi cuci tangan di air mengalir dan sabun itu lebih bagus,” tutur Melanie.

Tak hanya soal protokol kesehatan, orang tua pun perlu memastikan anak sehat sebelum menghadiri PTM. Penuhilah kebutuhan nutrisi anak mulai dari karbohidrat, protein, lemak dan berbagai mikronutriennya termasuk vitamin dan zinc

Di sisi lain, pihak sekolah juga perlu menyiapkan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar secara aman seperti menyediakan ruangan berventilasi yang baik dan mengkondisikan agar anak tak perlu melepas masker selama kegiatan belajar mengajar misalnya saat pelajaran menyanyi.

Sama seperti orang dewasa, anak juga berisiko terkena Covid-19 namun umumnya berasal dari kluster keluarga. Melanie berharap, dimulainya PTM tak menjadi sumber penularan untuk anak, sehingga orang tua dan pihak sekolah perlu memastikan protokol kesehatan tetap dijalankan anak selama belajar di sekolah.

Baca Juga:Minggu Depan Bobby Buka PTM di Medan 

Vaksinasi menurut studi diketahui membantu melindungi diri dari paparan Covid-19. Tetapi sejauh ini baru diberikan pada kelompok anak berusia di atas 12 tahun.

Menurut Melanie, cukup berisiko bila vaksin dipaksakan diberikan pada anak usia di bawah 12 tahun sementara penelitian terkait ini terus berjalan. Demi mengurangi risiko anak terpapar Covid-19, mereka harus dipastikan menerapkan protokol kesehatan.

Sementara, pada kelompok usia sekolah yang sudah bisa mendapatkan vaksinasi, seperti remaja, protokol kesehatan juga tetap harus dipastikan mereka terapkan. Khusus pada kelompok usia ini, ada dukungan untuk kesehatan jiwa juga diperlukan.

Baca Juga:Jelang PTM, Sopir Angkutan di Medan Mulai Divaksin

Dokter spesialis ilmu kesehatan jiwa konsultan kesehatan jiwa anak RSUI sekaligus staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Fransiska Kaligis mengatakan, seiring kasus Covid-19 yang turun dan dimulainya kegiatan sekolah tatap muka secara terbatas, beberapa remaja mungkin akan kembali ke sekolah dalam kondisi stres, cemas, kesepian atau bahkan berduka akibat kehilangan anggota keluarga.

Remaja sendiri termasuk kelompok usia yang rentan mengalami masalah kesehatan jiwa akibat adanya perubahan psikososial, neurobiologis sirkuit otak, dan hormonal terjadi di fase usia ini.

Menurut Fransiska, kondisi ini perlu dipahami orangtua dan orang lain yang berada di sekitar remaja, agar tidak bersikap judgemental atau memberikan label yang menambah perasaan tidak nyaman.

Baca Juga:Jokowi Instruksikan PTM Dikaji Ulang

Lebih lanjut, untuk mendukung kesehatan jiwa remaja saat kembali ke sekolah, dia menyarankan para guru atau tenaga pengajar melakukan sejumlah hal antara lain, mendengarkan keluhan remaja, menunjukkan empati dan jika memungkinkan pihak sekolah dapat mengadakan diskusi one-on-one agar lebih memahami kebutuhan remaja.

Selanjutnya, tanyakan bagaimana kabar remaja, sediakan informasi yang akurat dan terpercaya terkait Covid-19 sesuai dengan usia mereka, minta masukan dan libatkan remaja untuk menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman, peka dan waspada terhadap perubahan tingkah laku remaja, dan ajak mereka berkegiatan dan berolahraga agar tercipta interaksi.

Fransiska mengatakan, perkembangan remaja sangatlah dinamis dan dipengaruhi oleh kondisi individu dan lingkungan, sehingga memerlukan perhatian khusus terhadap remaja dalam periode kembali ke sekolah.(antara/hm10)

Related Articles

Latest Articles