7.3 C
New York
Friday, March 29, 2024

Buang Jauh Covid-19, Bahagiakan Dirimu

MISTAR.ID

Konon, Covid-19 bisa dikalahkan dengan tingginya Imunitas. Lantas di mana bisa mendapat imunitas? Secara ilmu kedokteran imunitas bisa didapat melalui makanan dan nutrisi. Namun ternyata secara phisikologis, imunitas yang tinggi bisa didapat dari perasaan yang bahagia.

Sistem kekebalan tubuh menjadi hal yang penting di masa pandemi ini. Menjaga pola makan dan rajin berolahraga merupakan upaya yang bisa ditempuh untuk membangun sistem kekebalan.

Namun, rupanya perasaan yang kita alami juga bisa memengaruhi sistem kekebalan. Stres –misalnya, bisa mengacaukan sistem kekebalan sehingga tubuh rentan terpapar penyakit. Sebaliknya, perasaan bahagia akan memperkuat kondisi tubuh.

Satu studi pada tahun 2003 membuktikan bagaimana perasaan seseorang berdampak pada daya tahan tubuh. Mengutip Healthline, dalam studi tersebut peneliti dari Carnegie Mellon University, Pittsburgh, AS memberikan virus flu kepada 300 peserta studi.

Baca juga: Perlu Eksplorasi Baru Hadapi Stres Saat Pandemi Covid-19

Peserta studi yang merasa tidak bahagia berpeluang terserang flu tiga kali lipat lebih besar daripada mereka yang bahagia.

Manfaat kebahagiaan untuk sistem kekebalan juga dibenarkan Julienne Bower, PhD, profesor psikologi dan psikiatri dan peneliti di Cousins Center for Psychoneuroimmunology di UCLA.

Ada tiga hal yang dibutuhkan agar bisa memiliki hidup bahagia. Yakni Kualitas hubungan manusia dengan lingkungan, sesama manusia, dan diri sendiri.

Untuk mencapai keselarasan itu, dibutuhkan tiga cara. Dengan membuka pikiran (open mind), membuka hati (open heart), dan membuka niat (open will) seperti disampaikan Cokorda Istri Dewi, Executive Vice President dari organisasi nirlaba United in Diversity.

Menurutnya, menerapkan cara tersebut menjadi cikal bakal dari praktik menuju kebahagiaan dengan cara menjaga keselarasan tiga hubungan yang telah dipaparkan sebelumnya.

Dewi mengatakan saat ini orang cenderung hanya meyakini apa yang dia dengar dan lihat. Sehingga, dia tidak bisa melihat sesuatu yang baru.

Baca juga: Refleksi 2020 di PN Medan, dari Jumlah Perkara, Dampak Covid hingga Vonis Bebas

“Konsep open mind sebenarnya sangat sederhana. Tapi itu susah lho ketika orang bertemu dan tidak nyinyir, ” kata perempuan yang akrab disapa Dewi ini ditemui di Jakarta.

Menurutnya, konsep ini sangat penting apalagi di era ketika media sosial merampok perhatian seseorang.

“Intinya penasaran. Seperti anak-anak. Kalau kita penasaran pasti akan terus bertanya.”
Ketika seseorang pikirannya sudah terbuka, cobalah untuk membuka hati. Yaitu dengan memahami perspektif yang disampaikan orang lain.

Ini berarti menyadari keterbatasan, berlatih empati, berbelas kasih dengan sesama serta disiplin untuk mengelola pikiran dalam diri yang cenderung sinis dan pesimis terhadap hal di sekitarnya.

Open heart kuncinya adalah welas asih. Bagaimana Anda berwelas asih terhadap sesama kita. Termasuk terhadap lingkungan,” kata Dewi menambahkan.

Baca juga: Yuk Coba Tips ini agar Resolusi Tahun Baru Anda Berhasil

Setelah itu, dibutuhkan aksi nyata untuk membuat sebuah kebahagiaan bisa diwujudkan. Namun, rasa takut sering menghalangi.

“Ketakutan itu yang membuat kita tidak punya keberanian, ” sambung Dewi. Maka dari itu, untuk bahagia seseorang harus melewati perasaan itu.

“Pencapaian orang beda-beda. Jadi jangan cemas ketika melihat orang lain sudah sampai pada tahap tertentu. Teruslah mencari apa yang bisa saya lakukan untuk melatih open mind, open heart, dan open will, ” kata Dewi.

Dia menambahkan, keberhasilan tiga cara ini sangat bergantung pada kemampuan untuk hadir utuh, sadar penuh, menyelaraskan niatan dan perhatian kita pada tujuan hidup yang lebih besar dari hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompok golongan tertentu. (bs/hm06)

Related Articles

Latest Articles