9.1 C
New York
Friday, March 29, 2024

Wimar Witoelar Meninggal Dunia, Begini Riwayat Hidupnya

Jakarta, MISTAR.ID

Mantan Juru Bicara Presiden RI ke-4 Gus Dur, Wimar Witoelar, meninggal dunia Rabu (19/5/21) pagi ini. Wimar meninggal dunia setelah menjalani perawatan di ICU, RS Pondok Indah, Jakarta Selatan.

“Barusan saja Pak Wimar meninggal dunia dengan tenang sekitar pukul 09.00 WIB,” kata Managing Director Intermatrix Communications, Erna Indriana, saat dimintai konfirmasi, Rabu (19/5/21).

Wimar didiagnosis menderita sepsis. Erna meminta publik memaafkan kesalahan Wimar. “Mohon dimaafkan kesalahannya dan terima kasih untuk semua doanya,” pinta Erna.

Baca Juga: Aktivis Birgaldo Sinaga Meninggal Dunia Positif Covid-19: Maafkan Papa Nak!

Perjalanan Hidup Wimar

Wimar dikenal sebagai sosok yang tidak pernah berhenti berpikir dan bersikap kritis Ia juga merupakan bungsu dari lima putra-putri pasangan RA Witoelar Kartaadipoera dan Toti Soetiamah kelahiran Padalarang, 14 Juli 1945.

Hal itu tercermin seperti perjalanan hidupnya yang membuktikan bahwa ia adalah orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan bersikap kritis.

Wimar memasuki Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1963 dan kuliah di jurusan elektro teknik namun tidak pernah diselesaikannya. Meletusnya G30S PKI membuat Wimar ikut terjun dalam aktivitas politik.

Pada November 1965, Wimar menjadi salah satu Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Komisariat ITB mewakili Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB).

Baca Juga: Ustaz Tengku Zulkarnain Meninggal Dunia Terinfeksi Covid-19

Sejak saat itu, ia sibuk memimpin apel siaga dan aksi demonstrasi mahasiswa ITB mengganyang PKI. Ia juga memimpin misi Ampera mahasiswa ITB ke Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Pada 1968, Wimar terpilih sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa ITB.

Pada tahun itu juga ia dipilih sebagai Ketua Umum Dewan Mahasiswa ITB periode 1968-1969. Muncul pertanyaan, mengapa Wimar tidak menyelesaikan kuliahnya di ITB. Menurut dia, menjadi aktivis jauh lebih menantang ketimbang kuliah.

“Karena tidak sanggup, tidak ada motivasi lagi. Ketika tahun ketiga kuliah, terjadi Gestapu. Tadinya tak pernah memikirkan kehidupan politik, lalu menjadi aktivis mahasiswa dan menjadi pimpinan. Dan itu lebih menarik dan serius daripada kuliah,” kata Wimar saat diwawancara Harian Kompas kala itu.

“Kebetulan kuliah saya di bidang elektro, sangat teknis. Sementara kegiatan saya sudah setingkat menteri. Artinya kalau ingin bertemu menteri bisa dengan mudah, sementara bila menghadap asisten dosen tidak mengerti apa-apa. Jadi senjang sekali kedudukan saya antara di dunia akademik dan di luar dunia itu. Tetapi politik saya sudah selesai di kampus,” lanjut Wimar.

Baca Juga: 904 Warga Sumut Meninggal Dunia Positif Covid-19

Ketika Golkar dibentuk pada 1969, yang menjadi senior mahasiswa di Bandung adalah Rahman Toleng. Sebagai mahasiswa aktif, Wimar ikut menganjurkan membikin Golkar agar menjadi kekuatan alternatif.

Tetapi menjelang pemilu, ia keburu drop out, pergi ke AS untuk pindah studi, padahal ia masuk daftar calon legislatif pemilu pertama itu untuk wakil Jawa Barat dengan nomor urut 9 dari Golkar. Sedangkan teman baiknya sejak mahasiswa, Sarwono Kusumaatmadja yang mantan Sekjen Golkar, Menteri Penertiban Apartur Negara dan Menteri Lingkungan Hidup, mendapat nomor urut 24.

Setelah lulus dan meraih gelar BS dalam electrical engineering, MS dalam system analysis dan MBA dalam finance and investment dari George Washington University, AS pada 1975, Wimar kembali pulang ke Indonesia.

Sepulangnya dari AS, Wimar dipercaya menjadi dosen di ITB dan menolak ikut pemilu kedua pada 1977. Pergolakan mahasiswa ITB menjelang Sidang Umum MPR 1977 berakhir dengan penahanan sejumlah mahasiswa dan Wimar menjadi satu-satunya dosen yang ikut ditahan tanpa diadili. Wimar tidak suka disebut dengan istilah pejuang reformasi, sebab itu memerlukan pengorbanan.

“Padahal saya menyukai pekerjaan ini, it just comes naturally. Juga kita tahu istilah reformasinya yang sudah begitu sangat larut. Lalu saya agak tidak punya ilusi mengenai peran satu orang tanpa organisasi untuk mengubah semua. Saya senang mengkritik orang supaya orang mencari tahu sendiri, membentuk sikap sendiri. Ya itulah mencuri kejernihan dalam kerancuan. Jadi pejuang reformasi merupakan suatu kata yang terlalu besar, begitu juga pejuang Orde Baru,” tuturnya.

Juru bicara Presiden Gus Dur Pada era kepemimpinan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, kala itu Wimar dipercaya menjadi juru bicara kepresidenan. Harian Kompas, 11 November 2000 memberitakan, saat kabar tentang terpilihnya orang berbobot 100 kilogram dan tinggi 172 sentimeter ini menjadi Jubir Presiden merebak, berbagai prediksi lisan disampaikan para wartawan istana.

Muncul selentingan ia akan kebingungan sendiri dengan ucapan-ucapan Presiden Gus Dur. Ada yang mengatakan, bisa-bisa ucapan Wimar sering dibantah oleh Presiden. Lalu juga ada yang mempersoalkan peraturan birokrasi atas pengangkatan Wimar.

Hal yang menurutnya paling berkesan ketika menjadi Jubir Presiden Gus Dur adalah pertemuan pertama. “Tiap hari ada yang lucu atau berguna. Paling berkesan adalah pertemuan pertama, rasanya seperti ketemu teman lama,” tutur Wimar.

Menurutnya, Gus Dur adalah orang terbesar yang pernah ia kenal, dan menjadi juru bicaranya adalah kehormatan dan kesempatan terbesar yang pernah dianugerahkan pada kehidupan profesionalnya.

“Menjadi juru bicara Gus Dur adalah anugerah besar bagi saya. Menjadi juru bicara orang lain hanya akan membuat stres,” kata Wimar lagi.

Mengemas acara talkshow menjadi fenomena komunikasi di Tanah Air Meskipun acara talkshow di sini bukan barang baru, tetapi Wimarlah yang secara sadar mengemas acara itu sehingga menjadi fenomena komunikasi di Tanah Air.

Pertanyaannya yang kritis dan spontan mewakili keingintahuan pemirsa melalui program “Perspektif” yang ditayangkan di SCTV sejak Mei 1994 sampai dihentikan September 1995. Untungnya, Wimar bukan tipikal orang yang mudah menyerah. Justru setalah acara yang dipandunya mati di layar kaca, saat itu malah berkembang variannya dan muncul di berbagai media. Wimar tampil dalam “Perspektif Live!!” yang digelar dari satu kota ke kota lain.(detikcom/kompas/hm02)

Related Articles

Latest Articles